Kamis, 17 November 2016

PENDEDERAN IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) DI TAMBAK

kustangpost.com  Ikan kerapu merupakan komoditas perdagangan internasional yang harganya mahal dan permintaannya tinggi. Sebagian besar produksi ikan kerapu dari Indonesia adalah hasil tangkapan alam. Namun, seiring dengan terjadinya penurunan kualitas perairan dan overfishing, maka telah terjadi peurunan hasil tangkapan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan ikan kerapu, maka upaya peningkatan dari hasil budidaya sudah harus mulai digalakkan. Ikan kerapu adalah komoditas unggulan ekspor non migas Indonesia, disamping rumput laut, udang dan tuna. Indonesia merupakan eksportir kerapu terbesar dunia, terutama ekspor kerapu hidup (life fish). Tahun 2000 Indonesia mulai mengekspor kerapu dari hasil budidaya sebesar 9,38% dari kebutuhan Hong Kong. Hong Kong merupakan pasar tujuan ekspor kerapu hidup terbesar dunia disamping China, Taiwan, Jepang, Thailand, Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, Eropa dan Australia. Terdapat tujuh genus ikan kerapu yang tersebar di perairan Indonesia, yaitu Aethaloperca, Anyperodon, Cephalopholis, Chromileptes, Epinephelus, Plectropomus dan Variola. Dari 7 genus kerapu tersebut tidak semua dapat dibudidayakan dengan baik. Jenis komoditas kerapu yang telah dibudidayakan dan mempunyai nilai ekonomis antara lain adalah kerapu bebek/tikus (Chromileptes altivelis), kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), kerapu lumpur (E. Coioides), kerapu kertang (E. Lanceolatus) dan beberapa jenis kerapu hibrid. Jenis kerapu yang banyak dibudidayakan saat ini adalah kerapu bebek, kerapu macan dan kerapu hibrid. Kerapu bebek memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dibandingkan dengan kerapu lainnya, karena harganya lebih tinggi, sekitar Rp 350.000 - Rp 450.000 per kilogram di tingkat Pembudidaya.
 Gambar 1. Ikan Kerapu Bebek (Chromileptes altivelis)
Pemanfaatan lahan budidaya kerapu di Indonesia belum optimal, dari luas lahan potensi budidaya Ha, yang dimanfaatkan baru Ha (1,21%). Kecilnya pemanfaatan potensi ini disebabkan beberapa hal, diantaranya kurang tersedianya benih karena belum dikuasainya teknologi benih dengan baik, besarnya modal yang diperlukan untuk usaha budidaya, sulitnya mengubah kebiasaan dari menangkap menjadi budidaya dan besarnya resiko dalam usaha budidaya.. 
 
1. Pemilihan lokasi
Salah satu kegiatan yang sangat mempengaruhi keberhasilan usaha pendederan ikan kerapu ditambak adalah pemilihan lokasi. Kesalahan dalam menentukan lokasi dapat berakibat fatal bagi usaha pendederan ikan kerapu. Pemilihan lokasi tambak untuk pendederan ikan kerapu harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Lokasi tambak harus bebas dari banjir, tetapi harus mudah untuk sirkulasi air petakan
2. Lokasi harus terhindar dari pengaruh berbagai cemaran seperti logam berat, pestisida,  minyak, sampah dan limbah industri.
3. Kondisi tanah dapat menahan air sehingga tidak mudah longsor. Tanah paling  cocok adalah tanah liat bercampur endapan dan sedikit berpasir.
4. mudah diperoleh sarana dan prasarana.
5. tersedianya pakan alami
5. Lokasi tambak harus memenuhi syarat fisik dan kimia air seperti:
  • Salinitas                       : 15-35 ppt
  • Suhu                            : 27-32derajat celcius
  • DO                               : tdk lebih dari 4 ppm
  • Amonia dan nitrit air     : < 0,1 ppm
2. Tahap persiapan
2.1 Persiapan Tambak
Kontruksi tambak tempat pemeliharaan ikan kerapu harus sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada. Kesalahaan dalam pembuatan kontruksi bisa berakibat fatal. Secara keseluruhan kontruksi tambak  yang cocok untuk budidaya ikan kerapu tidak berbeda jauh dengan kontruksi tambak untuk budidaya udang. Beberapa hal yang perlul diperhatikan dalam pembuatan kontruksi petakan tambak untuk pendederan ikan kerapu diantaranya adalah :
  1. Besar petakan sebaiknya  tidak kurang dari  2500 m²  besar petakan erat hubungannya dengan ketersediaan oksigen terlarut.
  2. Pematang petakan tambak harus benar-benar kuat demi mempertahankan tekanan air.
Kedalaman tambak minimal 1 meter
Kegiatan persiapan tambak yang perlu dilakukan sebelum penebaran benih kerapu adalah:
  1. Pengeringan petakan, seperti yang biasa dilakukan dalam pembesaran udang.
  2. Perlu dilakukan pengapuran dasar tambak untuk membuat pH tanah stabil (Ph  yang diusahakan 6-7)
  3. Pemupukan tidak begitu mutlak dilakukan karena plankton tidak begitu pengaruh pada pertumbuhan kerapu.
2.2 pemasukan air tambak
Setelah dilakukan pemilihan lokasi sampai dengan persiapan tambak kemudian kita lakukan pengisian air tambak setinggi 1m (dianjurkan 1,5m). pemasukan air tambak dilakukan dengan pompa submarsible, air di pompa dari tandon dan langsung dimasukkan ke tambak kerapu. Adapun kualitas dan kuantitas  yang dibutuhkan pada ikan kerapu macan adalah salinitas:15-35 ppt, suhu air : 27-32  , DO 4 ppm, pH 6-7, amonia dan nitrit air < 0,1 ppm



2.3 Persiapan Rakit dan Waring Nylon
Setelah petak siap kegiatan selanjutnya adalah pembuatan kontruksi rakit guna untuk tempat mengikat jaring sebagai tempat pendederan. Kontruksi rakit juga harus dibuat yang kuat, tahan lebih dari 1 tahun. Rakit terbuat dari bambu, pendederan dilakukan dengan menggunakan waring nylon yang berukuran (1m x 1m x 2m).

IMG_0201


3 Penebaran benih
3.1 kriteria benih
Pendederan ikan kerapu ditambak  akan berhasil dengan baik dalam arti tumbuh cepat dan kelangsungan hidup tinggi bila pemilihan benih yang bermutu, ukuran benih yang ditebar cukup minimal 2,5 cm, tidak cacat, sehat dan kepadatanpenebaran sesuai. Beberapa jenis ikan kerapu yang potensial untuk dibesarkan dalam petakan tambak diantaranya ikan kerapu tikus, mengingat sifat biologinya cocok untuk dibudidayakan dalam petakan tambak yang bersalinitas sedang sampai tinggi ( 20-35 ) dengan air laut yang jernih. Sedangkan untuk jenis ikan kerapu macan , lumpur relativ cocok dibudidayakan dalam tambak dengan salinitas air rendah sampai tinggi ( 15-30 ppt ).


3.2  Sumber benih dan transportasi benih
Benih tikus macan ini bersumber dari hatchery yang telah berhasil dalam pembenihannya khususnya ikan air laut. Kebetulan benih ini dapat dari hatchery skala besar / HSRT SBB 88 di daerah Situbond, Jawa Timur yang merupakan penghasil benih-benih unggul diantara wilayah pulau jawa lainnya. Sedangkan pengangkutan dengan cara benih dipacking terlebih dahulu kemudian dibawa ketambak,sampai ketujuan perjalanan menghabiskan waktu sekitar 2 jam. 


3.3 Aklimatisasi
Penebaran benih merupakan langkah awal dari kegiatan pendederan. Penebaran dilakukan dengan cara mengaklimatisasikan benih terlebih dahulu dalam kantong jaring pendederan. Kantong tersebut dibiarkan selama 15-30 menit agar perbedaan suhu di dalam kantong plastik dengan di dalam lokasi pendederan tidak terlalu mencolok. Kemudian kantong plastik kita buka perlahan sedikit demi sedikit dan kita masukan air tambak sedikit-sedikit ke dalam kantong plastik agar suhu dan salinitasnya sama.
 
3.4  Ukuran dan Padat Penebaran
            Pendederan ikan kerapu ditambak akan berhasil, tumbuh cepat dan kelangsungan hidup tinggi bila pemilihan benih yang bermutu. Ukuran benih pendederan ikan karapu sebaiknya 2,5 cm. Padat penebaran di tiap-tiap jaring/waring yang berukuran (1m 1m 2m). Dilakukan penebaran dengan kepadatan 600 ekor/happa, sedangkan pada penebaran kedua padat penebaran ditiap-tiap waring adalah 1200 ekor/happa pemilihan benih yang ditebar dihindari dari benih yang terbiasa makan rebon, tetapi harus benih yang sudah terbiasa dengan pakan buatan (pellet). Benih yang terbiasa di beri pakan rebon, pada saat dipelihara di jaring/waring akan cenderung susah mengkonsumsi pakan mati dan sifat kanibalismenya tinggi.

4.4 Pakan dan pemberian pakan
4.1 Jenis pakan
Pakan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang kegiatan pendederan. Pakan yang digunakan sebaiknya kandungan proteinnya tinggi. Pakan yang digunakan adalah pakan buatan Komersil pabrik dengan kandungan protein tinggi, adapun protein pakan dapat dilihat pada bawah ini ;
  • Air                        : Max. 12%
  • Protein Kasar      : Max. 50%
  • Lemak Kasar       : Max. 8%
  • Serat Kasar         : Max. 3%
  • Abu                      : Max. 15%
IMG_0388

4.2 Pemberian Pakan
Teknik pemberian pakan yang dilakukan dengan cara adlibitum (sampai kenyang) dengan frekwensi sebanyak 5 kali sehari yaitu sekitar pukul 08.00, 10.00, 14.00, 16.00 dan 18.00. pemberian pakan ini dilakukan untuk menimalisasikan kanibalisme yang merupakan salah satu faktor mortalitas terbesar dalam pendederan ikan kerapu.

IMG_0403

4.3 Grading (Pemilihan Ukuran)
Grading adalah salah satu cara yang mutlak dilakukan selama kegiatan pendederan berlangsung. Grading dilakukan untuk memilih benih yang seragam. Selain itu, tujuan lain dari grading adalah untuk mengurangi sifat kanibal. Sifat kanibalisme muncul apabila terdapat perbedaan ukuran dan kekurangan pakan. Selain itu, terjadi pula variasi ukuran maka ikan akan terjadi persaingan antara ikan kecil dan ikan besar.
Grading/pemilihan benih dapat dilakukan secara manual dengan cara tangan, piring plastik dan gayung plastik. Cara ini hanya efektif apabila dilakukan dengan jumlah benih yang sedikit.grading dilakukan 5-6 hari sekali dan dilakukan pada pagi atau sore hari agar tehindar dari stres. Adapun alat-alat yang dibutuhkan pada saat grading adalah: keranjang Tudung saji, Pengukur panjang (dari paralon), sterefoom ukuran besar, ayakan benih (grading ukuran), piring hitung, pompa aquarium.

4.4 Pengendalian Hama dan Penyakit
A. Hama
Jenis hama yang potensial mengganggu usaha pendederan kerapu di tambak adalah:
  1. Kepiting: penanggulangannya adalah dengan melakukan kontrol rutin harian.  Selain itu juga, juga dengan mamasang perangkap.
  2. Burung: penanggulangannya adalah dengan memasang orang-orangan. 
  3. HAMA
B. Penyakit
Penyakit didefinisikan sebagai suatu ketidaknormalan pada struktur atau fungsi tubuh yang ditunjukkan dengan gejala spesifik atau non spesifik. Jaringan atau organ yang rusak, penurunan berat badan dan adanya kematian merupakan indikasi timbulnya penyakit. Beberapa faktor yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit yaitu kurang adanya interaksi antara inang (host), penyebab penyakit (patogen) dan lingkungan. Inang (host), dapat resisten atau rentan terhadap jenis penyakit tertentu. Kekebalan dari uji tergantung pada 1). Ukuran /umur, 2). Spesies, 3). Mekanisme pertahanan penyakit dan 4). Kondisi ikan itu sendiri.
Penyakit terbagi kedalam 2 kelompok:
  1. Non infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan bukan penyakit seperti nutrisi, racun, dan perawatan kurang. Contohnya yaitu: stress dan keracunan gas-gas tertentu.
  2. Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme penyakit seperti parasit, jamur, bakteri dan virus. Menular dari inang stu ke inang lainnya.
4.5 pengelolaan wadah pemeliharaan
Selama masa pemeliharaan, media pemeliharaan kerapu perlu terus di lihat dan di pantau agar tetap sesuai dengan kebutuhan hidup ikan.    Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola wadah pemeliharaan:
  1. Sirkulasi air. Selama masa pemeliharaan sebaiknya terus dilakukan sirkulasi air untuk menjaga agar air dalam petakan tambak selalu dalam kondisi segar.
  2. Kecerahan air usahakan bertahan 30-40 cm. Bila air dalam tambak air terlalu bening (> 50 cm) maka ikan kerapu tidak mau makan, begitu juga terlalu keruh (< 20 cm).
  3. Bila DO dibawah 4 sebaiknya digunakan aerasi.
  4. Ketinggian air diusahakan 100Cm.
  5. Pengecekan terhadap waring. Kita lakukan pengecekan setiap pagi karena kepiting salah satu hama yang menggigit waring(wadah pemelihraan), kemudian pengecekan waring bersih atau kotor, bila kotor langsung kita cuci guna memperlancar oksigen bagi pemeliharaan.
4.6 panen
Pemanenan dilakukan setelah benih berukuran antara 10 - 15 cm atau biasa disebut dengan benih gelondongan. Ukuran ini bisa mencapai 5-7 minggu (60 hari) selama kegiatan pendederan. Cara memanennya adalah dengan mengangkat waring dan kita pindahkan ikan kedalam wadah tertentu menggunakan keranjang tudung saji. Benih ikan kerapu diambil dan dipindahkan ke bak penampungan. Adapun benih kerapu macan didistribusikan ke beberapa lokasi budidaya perikanan seluruh indonesia



ANALISA USAHA 
nalisa Ekonomi

Asumsi
Budidaya penggelondongan ikan kerapu tikus dengan memanfaatkan tambak seluas 1000 m2
Menampung bibit 5000 ekor dengan lama panen ± 45 -60 hari.

Modal awal
Instalasi tambak                           Rp  3.000.000,00
Bibit 5000 kg x @ Rp 1800,00/cm x 5cm      Rp 45.000.000,00+
Total biaya investasi                      Rp 48.000.000,00

Biaya operasional per periode panen
Pakan ikan rucah (@ Rp 3.500,00 x 1000 kg) Rp 3.50.000,00
Tenaga kerja (@ Rp 1500.000,00 x 2 bulan)  Rp 3.000.000,00
Biaya perlengkapan (sarung tangan, drum)   Rp   300.000,00
Biaya transportasi (@ Rp 300.000,00 x 2)   Rp   600.000,00
Biaya penyusutan                           Rp   300.000,00+
Total                                      Rp 6.700.000,00

Omset per periode panen
Panjang rata rata ikan 12 cm dengan harga jual Rp 1800,00/cm
Penjualan 450o ekor dengan panjang 12 :
3500 x Rp 1800,00                   =      Rp 63.000.000,00

Laba bersih per bulan
Laba bersih per periode panen :
 Hasil penjualan - Modal Awal - Biaya Oprasional perpriodik panen
Rp 63.000.000,00 - Rp 6.840.000,00 - 48.000.000,00        =      Rp 5.568.000,00

Laba bersih per bulan :
Rp 5.560.000,00 : 2 bulan                                 =      Rp 2.784.500,00





Sabtu, 05 November 2016

Pawai Obor Taruna Karangantu Meriahkan Tahun Baru Islam 1438 Hijriah


Taruna Karangantu - Ribuan peserta terlihat begitu bergembira mengikuti acara pawai obor menyambut tahun baru Islam 1 Muharram 1438 Hijriah yang jatuh pada malam tahun ini, Sabtu (1/10). Peserta pawai obor berasal dari berbagai instansi pemerintah, mulai dari tingkat desa, kecamatan kabupaten dan Pusat . Dengan obor bambu ditangan, para pelajar dari tinggat SD, SMP,SMA sederajat serta TARUNA Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta Kampus BAPPL Serang dan instansi lainya berjalan kaki dari Kantor Camat Kasemen  melintasi jalan kecamatan  menuju Masjid Agung Banten.
Sambil berjalan pelajar yang mengenakan pakaian bernuansa islami dan berpakaian PDL bagi Taruna Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta KAmpus BAPPL Serang  itu terus senandungkan kalimat takbir "Allahhu Akbar". Selain bertakbir mereka menyanyikan Sholawat Badar.
Kampleng, salah satu Taruna Madya STP Jakarta Kampus BAPPL Serang  mengapresiasi kegiatan Pemerintah Daerah Tingkat II bekerjasama dengan STP Jakarta Kampus BAPPL Serang menyelenggarakan kegiatan memeriahkan tahun baru Islam tahun ini.
Menurut Kampleng acara seperti ini harus terus diselenggarakan dan terus ditingkatkan. "Sebagai Muslim 1 Muharram ini adalah tahun barunya. Kita meriahkan, yang terpenting mari kita dengan pergantian tahun ini mari kita tingkatkan iman dan taqwa semakin lebih baik dari tahun sebelumnnya," ujar kampleng.

Foto Kegiatan  pawai obor menyambut tahun baru Islam 1 Muharram 1438 Hijriah :

 Gambar : Taruna Sedang istirahat Sejenak
 Gambar : Peserta Memasuki Masjid Agung Banten

 Gambar : Panggung Utama
 Gambar : Polisi Taruna STP Jakarta Kampus BAPPL Serang


Diposting Oleh Bang Pesto45


Peran Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

Indonesia yang Kaya
I. PendahuluanIndonesia telah dikenal dunia sebagai Negara Kepulauan, “Archipelagic State” yang memiliki potensi sumber daya alam dan kekayaan laut yang sangat beragam. Bahkan banyak Cendekiawan Internasional menyebut kawasan perairan laut Indonesia tropis berdaya dukung alam yang tinggi dengan kemampuan “Mega biodiversity”. Latar belakang geografis dan astronomis yang kita miliki tentu memberi kebanggaan tersendiri sebagai anak bangsa.
Data menunjukkan, dari Sabang sampai Merauke, lautan Indonesia memiliki luas sebesar 5,8 Juta km² yang terdiri dari laut territorial dengan luas 0.8 juta km2, laut nusantara 2.3 juta km2 dan zona ekonomi eksklusif 2,7 juta km2. Di samping itu Indonesia memiliki pulau sebanyak 17.480 pulau dan garis pantai sepanjang 95.181 km (data Departemen Kelautan dan Perikanan dalam Evaluasi Kebijakan dalam Rangka Implementasi Hukum Laut Internasional,UNCLOS 1982), yang kesemuanya itu mengandung potensi yang bernilai ekonomis sangat tinggi.
Potensi lestari total ikan laut di Indonesia menunjukkan angka 7,5 % (6,4 juta ton/ tahun) dari potensi dunia. 24 juta hektar perairan laut dangkal Indonesia cocok untuk usaha budi daya laut (mariculture) ikan kerapu, kakap, baronang, kerang mutiara, teripang, rumput laut, dan biota laut lain yang bernilai ekonomis tinggi dengan potensi produksi 47 juta ton/tahun. Nilai ekonomi total dari produk perikanan dan produk bioteknologi perairan Indonesia diperkirakan mencapai 82 miliar dolar AS per tahun. Hampir 70 % produksi minyak dan gas bumi Indonesia bersal dari kawasan pesisir dan laut (Mulyadi, 2005).
Perairan Indonesia dikenal pula dengan sumber plasma nutfah perairan terbesar di dunia. Dengan luas wilayah 1,3persen dari luas permukaan bumi, Indonesia memiliki labih dari 37 persen dari seluruh jenis ikan di dunia. Selain ikan konsumsi, laut di Nusantara pun menyimpan potensi besar ikan hias. Para pakar mencatat Indonesia memiliki lebih dari 1000 jenis ikan hias laut dan 240 jenis ikan hias tawar. Menurut perhitungan PKSPL-IPB (l998), bahwa nilai ekonomi dari sumberdaya perikanan (tangkap, budidaya, dan industri bioteknologi perairan) saja dapat menghasilkan sekitar USS 82 milyar/tahun.
Potensi laut lain yang belum tergarap dengan serius adalah keanekaragaman biologi yang sangat besar. Invertebrate laut, algae, dan bakteri laut ternyata mengandung zat biokimia yang berpotensi untuk kebutuhan medis, dan dijadikan obat obatan. Misalnya, neoroxitin dari kerang laut. Zat biokimia tersebut dapat dijadikan pembunuh rasa sakit. Zat tersebut terbukti lebih ampuh 10 ribu kali dari morfin dan tanpa efek samping.
Dalam catatan terakhir, 10.160 buah pulau telah disurvei dan diverifikasi. Potensi Kelautan Indonesia yang besar telah memberikan sumbangan devisa sebesar US $ 2,6 miliar (2008). Jumlah tersebut lebih baik dari tahun 2007 yang hanya US $ 2,3 miliar saja. Potensi kelauatan dan perikanan Indonesia mencapai 70 persen dari wilayah NKRI secara keseluruhan.
Letak geografis yang strategis membuat keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Keunggulan letak Indonesia yang strategis mengakibatkan begitu besar arus frekuensi pelayaran yang melewati wilayah Indonesia. Hampir 70% total perdagangan dunia berlangsung diantara negara-negara di Asia Pasifik. Lebih dari 75% barang2 yang diperdagangkan ditransportasikan melalui laut dan 45% (1300 triliun dollar per tahun) melalui ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) yang meliputi Selat Malaka sebagai jalur dengan frekuensi pelayaran tertinggi di dunia, Selat Lombok, Selat Makassar, dan laut-laut Indonesia lainnya (Mulyadi S, 2005).
Bagai gayung bersambut, Hawaii adalah sebuah negara yang sukses dalam bidang perikanan, namun tetap ingin merintis kerjasama dengan Indonesia dalam hal pengelolaannya. Perkawinan teknologi bidang perikanan antara Hawaii dan Indonesia diharapkan mampu memberikan hasil yang lebih baik, sekaligus menggarap potensi kelautan Indonesia secara maksimal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Berawal dari Perjuangan
Demi mencapai kedaulatan atas semua kekayaan diatas, bukanlah barang sekali jadi yang diberikan oleh siapapun sebagai barang hibah nan gratis namun menempuh perjalanan dan perjuangan yang tidak sedikit. Pada 13 Desember 1957 Perdana Menteri Ir Djuanda mendeklarasikan seluruh perairan antarpulau di Indonesia sebagai wilayah nasional. Deklarasi itu kemudian dikenal sebagai Deklarasi Djuanda, yang merupakan pernyataan jati diri sebagai negara kepulauan, di mana laut menjadi penghubung antarpulau, bukan pemisah. Keputusan ini mempertimbangkan (1) bentuk geografi Indonesia sebagai suatu Negara Kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau mempunyai sifat dan corak tersendiri (2) bagi keutuhan teritorial dan untuk melindungi kekayaan negara Indonesia semua kepulauan serta laut terletak di antaranya harus dianggap sebagai suatu kesatuan yang bulat (3) penentuan batas lautan teritorial seperti yang termaktub dalam “Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939” Stbl. 1939 No. 442 artikel 1 ayat 1 tidak lagi sesuai dengan pertimbangan tersebut di atas, karena membagi wilayah daratan Indonesia dalam bagian terpisah dengan teritorial. Deklarasi dengan prinsip Negara Nusantara (Archipelagic State) ini meskipun mendapat tantangan dari beberapa negara besar namun melalui perjuangan yang panjang dan ulet, melewati dua rezim pemerintah dan tiga rezim politik yang berbeda yaitu Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin dan Orde Baru, akhirnya Indonesia mendapat pengakuan internasional di PBB. Pada tahun 1982 lahirlah Konvensi kedua PBB tentang Hukum Laut (2nd United Nations Convention on the Law of the Sea, UNCLOS) yang mengakui prinsip-prinsip negara kepulauan Nusantara (archipelagic principles), sekaligus juga mengakui konsep Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang diperjuangkan oleh Chili dan negara-negara Amerika Latin lainnya.
Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya diterima dan ditetapkan di dalam konvensi hukum laut PBB (UNCLOS 1982) bahwa Indonesia adalah negara Kepulauan Nusantara. Deklarasi Djuanda yang berisikan konsepsi Negara Nusantara yang diterima masyarakat dunia dan ditetapkan dalam Konvensi Hukum Laut PBB UNCLOS 1982 maka wilayah laut Indonesia menjadi sangat luas, yaitu 5,8 juta km sama dengan ¾ dari keseluruhan luas wilayah Indonesia. Salah satu keputusan terpenting bagi Indonesia pada konferensi ini adalah pengakuan terhadap bentuk negara Kepulauan dengan pengaturan hak dan kewajibannya. Keputusan tersebut secara resmi diterima untuk ditandatangani 117 negara dalam sidang terakhir Konferensi Hukum Laut (HUKLA) III PBB di Montego Bay Jamaika tanggal 10 Desember 1982. Kesepakatan Konvensi HUKLA 1982 memberikan penambahan luas wilayah perairan Indonesia secara signifikan. Bertolak dari deklarasi Djuanda 1957 dan UUD 1945 Bab IX A pasal 26, maka luas wilayah laut kita menjadi 5,8 juta km2.
Pada saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 berdasarkan Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonnantie (TZMKO) 1939 warisan pemerintah kolonial, luas perairan Indonesia diperkirakan sekitar 100.000 km2. Berdasarkan penetapan Konvensi HUKLA 1982, wilayah laut yang dapat dikelola Indonesia berkembang menjadi 5,8 juta km2 yang terdiri atas 3,1 juta km2 perairan nasional Indonesia (Laut Wilayah atau Laut Teritorial dan perairan kepulauan) dan 2,7 juta km2 perairan laut ZEE. Luas perairan dimungkinkan dapat berkembang lagi, apabila Indonesia pada batas waktu hingga 2009 dapat membuktikan bahwa Indonesia memiliki batas Landas Kontinen di luar 200 mil laut.
Pemerintah, pada tahun 2001 kemudian menetapkan hari Deklarasi Djuanda sebagai Hari Nusantara (Keppres 126 tahun 2001). Sebelum Deklarasi Djuanda, Republik Indonesia dengan wilayah negara mencakup peninggalan Hindia Belanda, belum menjadi negara kepulauan. Menurut Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939, batas laut teritorial Indonesia adalah 3 mil laut dari pantai. Maka pada waktu itu, perairan antarpulau adalah wilayah internasional. Secara fisik pulau-pulau Indonesia dipisahkan oleh laut.
Dengan terbitnya UNCLOS 1982 tersebut yang kemudian diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia dalam Undang-undang No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan UNCLOS 1982 di Indonesia UNCLOS kemudian resmi berlaku pada tahun 1994 setelah diratifikasi oleh 60 negara. Dengan UNCLOS, Indonesia mendapat pengakuan dunia atas tambahan wilayah nasional seluas 3,1 juta km2 wilayah perairan dari hanya 100.000 km2 warisan Hindia Belanda, ditambah dengan 2,7 juta km2 Zone Ekonomi Eksklusif yaitu bagian perairan internasional dimana Indonesia mempunyai hak berdaulat untuk memanfaatkan sumber daya alam termasuk yang ada di dasar laut dan di bawahnya. Jadilah Indonesia mewujudkan diri sebagai satu-satunya bangsa di dunia yang menamakan wilayahnya sebagai Tanah Air.
Perhatian lebih konkrit tampak pada terbentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan pada tanggal 10 November 1999 dibawah kepemimpinan KH. Abdurahman Wahid.
Pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri telah mencanangkan Gerbang Mina Bahari, di Teluk Tomini, 11 Oktober 2003 lalu. Gerakan Nasional Pembangunan Kelautan dan Perikanan, ini diharapkan mampu mempersatukan seluruh komponen bangsa untuk mendayagunakan sumberdaya kelautan dan perikanan secara cerdas, optimal dan lestari bagi kemajuan, kemakmuran dan kemandirian bangsa Indonesia. Apabila Gerbang Mina Bahari ini dapat diimplementasikan, maka pada tahun 2006 produksi perikanan akan mencapai 9,5 juta ton. Total nilai ekspor perikanan menjadi sebesar US$ 7. Devisa pariwisata bahari akan meningkat. Jasa perhubungan laut yang selama ini menghamburkan devisa US$ l0 milyar per tahun menjadi penghasilan perusahaan pelayaran dalam negeri. Serta tambahan lapangan kerja yang dapat tercipta diperkirakan sekitar 3 juta orang.
Dukungan terhadap perkembangan geliat kelautan dan perikanan di Indonesia juga ditunjukkan oleh dunia perbankan. Sejak Maret 2003, Bank Mandiri telah menyediakan kredit khusus untuk usaha perikanan sebesar Rp 3 trilyun untuk jangka waktu sampai Maret 2004. Bank Bukopin telah dan akan membangun kredit simpan-pinjam khusus untuk usaha perikanan, bernama Swamitra Mina di l60 kabupaten/kota pesisir. PT. PNM telah menandatangani kerjasama dengan 30 Bupati/Walikota di KBI dan KTI untuk mendirikan BPR Pesisir dan Nelayan. Demi membantu pemerintah dalam hal pemberian rekomendasi untuk kepentingan kebujakan kelautan, pemerintah membentuk Dekin. Dekin (Dewan Kelautan Indonesia) yang dibentuk 21 September 2007 sebagai pengganti Dewan Maritim Indonesia (DMI) diharapkan akan mendorong supaya potensi yang ada di laut dapat menjadi penopang ekonomi nasional. Juga supaya Indonesia tidak terjepit, mengingat percaturan strategi politik global permainannya sudah di laut. Dewan Kelautan Indonesia merupakan forum konsultasi bagi penetapan kebijakan umum di bidang kelautan. Dewan Kelautan Indonesia mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam penetapan kebijakan umum di bidang kelautan.
Dalam melaksanakan tugas, Dewan Kelautan Indonesia menyelenggarakan fungsi:
a. pengkajian dan pemberian pertimbangan serta rekomendasi kebijakan di bidang kelautan kepada Presiden;
b. konsultasi dengan lembaga pemerintah dan nonpemerintah serta wakil-wakil kelompok masyarakat dalam rangka keterpaduan kebijakan dan penyelesaian masalah di bidang kelautan;
c. pemantauan dan evaluasi terhadap kebijakan, strategi, dan pembangunan kelautan;
d. hal-hal lain atas permintaan Presiden.
Laut Indonesia KiniPengantar yang diulas diatas, tentunya menggambarkan kepada kita begitu besar potensi serta fasiltas yang kita punyai sebagai bangsa maritim. Namun saatnya untuk jujur, bahwa disadari atau tidak, kita belum kaya secara riil dari nilai kelautan. Sebagai pemilik, kita belum bisa mengoptimalkan seluruh sumber daya kelautan yang ada. Malah banyak “aset laut” kita yang malah dinikmati orang lain secara semena-semena. Fakta membuktikan bahwa kita terlalu sering “mendapat kunjungan” dari pihak asing.
Potensi kelautan Indonesia yang dijarah ternyata nilainya luar biasa. Kajian khusus pencurian ikan di wilayah Indonesia memang belum dilakukan. Tetapi kajian khusus pencurian ika di laut Arafuru pernah dilakukan. Hasil yang didapat sungguh mengejutkan, bahwa 1,2 juta ton ikan di laut Arafuru dijarah. Jika 1 kg ikan dihargakan US$ 1 per kg berarti nilainya lebih dari US$ 1,2 miliar pertahun.
Memang, pencurian ikan di wilayah Indonesia yang dilakukan nelayan asing masih belum dapat ditangkal. Nelayan Vietnam, Thailand, China, Myanmar, dan Malaysia kerap secara diam – diam dan terus terang masuk laut Indonesia. Tak heran setiap tahun ratusan kepal nelayan asing tertangkap.
Yang mengejutkan justru kajian ahli dari Thailand, Anucha Charoenpo (2003). Hasil kajiannya mengungkapkan bahwa setiap tahunnya lebih dari 3000 kapal trawl Thailand masuk secara illegal keperairan Indonesia. Khususnya perairan yang dimasuki adalah Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan Laut Arafuru. Para Nelayan Negeri Gajah Putih merampok ikan dari Indonesia nilainya mencapai US$ 1,2 miliar hingga US$ 2,4 miliar setahun.
Banyak potensi kita yang belum dikelola karena tidak ada perhatian dari para pengambil kebijakan, sebab kurang peduli terhadap laut. Wisata bahari kita sebagai daerah tropis banyak yang belum dikembangkan sebagai sumber ekonomi. Dengan total panjang garis pantai yang luar biasa, mengapa wisata bahari yang kita miliki masih cenderung stagnant dalam hal pengembangannya. Tidak ada perubahan yang benar-benar signifikan terhadap hal ini.
Laut kita yang sebenarnya indah ini, ternyata bagi sebagian orang merupakan ladang luas untuk pembuangan limbah dan sampah. Paradigma yang muncul yaitu laut sebagai tempat pembuangan sampah, laut dipersepsikan sebagai tempat buangan berbagai jenis limbah. perairan Indonesia juga menjadi ladang subur bagi pembuangan limbah beracun industri tambang, minyak, dan gas. Di perairan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, ditemukan hampir setiap tahun tumpahan minyak mentah (tarball).
Masalah ini ternyata belum selesai sampai disini. Berkat peningkatan rata-rata suhu bumi, membawa pengaruh perubahan iklim yang tidak bisa diremehkan. Data menyebutkan bahwa di tahun 2008, nelayan Indonesia hanya melaut sekitar 180 hari. Sebagian besar akibat dampak perubahan iklim, seperti gelombang tinggi, dan pencemaran di laut. Situasi ini membuktikan, semakin parah perubahan iklim yang terjadi, maka nelayan kita akan semakin sulit. Secara bertahap, hutan bakau di Pulau Sulawesi dan Jawa telah dikonversi untuk pertambakan dan mengalami kerusakan teramat parah. Dari sekitar 4,2 juta ha tambak pada tahun 1982, kini tak kurang dari 1,9 juta ha dalam 3 tahun terakhir. Hutan mangrove di kawasan pantai utara Jawa Tengah sebagian besar atau 96,95 persen telah mengalami kerusakan, baik kerusakan sedang maupun berat. Berdasarkan tingkat kerusakan, kawasan mangrove yang rusak sedang seluas 31.237 hektare, rusak berat 61.194 hektare, sementara yang masih baik hanya 2.902 hektare, padahal, secara ekologi mangrove dapat menahan gelombang pasang dan secara kimia mangrove dapat menetralisir dan menyaring polutan-polutan berbahaya. penyebab kerusakan hutan mangrove antara lain adanya alih fungsi lahan untuk tambak intensif, permukiman, industri, pengembangan wisata, dan penebangan liar.
Kebutuhan yang semakin meningkat akan energi, makanan, produk-produk kelautan dan isu pencemaran laut, kerusakan daerah pesisir, berkurangnya biodiversity laut, fenomena El Nino dan kenaikan muka laut menuntut pengembangan ilmu kelautan yang bersifat holostik, interdisiplin dan keharusan melakukan kerjasama internasional. Kerja berikutnyaParadigma yang mesti dibangun di benak bangsa ini mestilah di rubah. Kebanggaan sebagai bangsa maritim harus benar-benar terinternalisasi dalam jiwa bangsa. Padahal pada kenyataannya sebagian besar penduduk bermukim di kawasan pesisir dan negara Indonesia merupakan negara kepulauan, kebanggaan sebagai bangsa bahari hanya secara nyata ditampilkan oleh beberapa suku bangsa di Indonesia. Salah satu masalah sehubungan dengan hal ini adalah rendahnya minat kaum muda potensial untuk bergelut dengan dunia kebaharian dan perikanan disebabkan rendahnya insentif di bidang kelautan dan perikanan (Sumber : Jakarta, Kompas, 8 juli 2003)
Sehingga dengan adanya perubahan mind-set yang ada, diharapkan ada perubahan perilaku tiap orang, apapun statusnya, menjadi lebih aware dan mencintai laut itu sendiri.
Satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan menanamkan unsur-unsur pembelajaran mengenai kelautan Indonesia dalam kurikulum di sekolah-sekolah sejak dini. Materi Pendidikan yang diberikan kepada anak bangsa saat ini belum baik, sehingga anak Indonesia sendiri belum menyadari sejak dini pentingnya pelestarian dan pengembangan sumber daya kelautan. Kita hanya dikenalkan pada peta Indonesia yang luas, tanpa benar-benar dikenalkan pada luar biasanya potensi kelautan yang kita punya. Beberapa negara seperti Amerika Serikat telah memusatkan perhatian kepada pendidikan dalam membangun perekonomiannya, dengan memandang sumber daya manusia sebagai objek investasi bangsa. Namun disadari pula bahwa pendidikan tidak dapat berperan tunggal dalam pembangunan tanpa adanya dukungan complementary inputs atau faktor – faktor komplementari lainnya (Henry M. Levin dan Carolyn Kelly, Economics of Education Review, 1994). Dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya laut dan terumbu karang, keadaan terkini menunjukkan bahwa Indonesia tidak berada dalam posisi menjadikan pendidikan sebagai sentral solusi perubahan status sumber daya laut dan terumbu karang, ataupun menjadikan pendidikan sebagai salah satu faktor komplementari dari upaya penyelamatan terumbu karang di Indonesia, bersejajar dengan upaya penegakan hukum, pengembangan riset ilmiah, dan aspek input komplementari lainnya.
Rencana Strategis Nasional (Renstra) departemen – departemen teknis yang berkaitan langsung dalam pendidikan kelautan, diantara Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Perikanan dan Kelautan belum secara eksplisit dan jelas mendukung pendidikan kelautan sebagai investasi sumber daya manusia untuk mendukung pengelolaan sumber daya laut termasuk terumbu karang di Indonesia. Padahal disadari betul potensi kelautan Indonesia yang sedemikian kaya, dengan luas terumbu karang sebesar 85.707 km2 yang merupakan 14% dari luas terumbu karang dunia(Tomascik dkk, 1997), namun dengan kondisi 37, 56% buruk dan hanya 6,69% dalam kondisi sangat baik (Suharsono, 2003)
SDM kelautan mengalami ironi dengan kurangnya perhatian bagi pendidikan di kawasan pesisir dan masih sangat rendahnya tingkat pendidikan masyarakat yang berinteraksi langsung dengan sumber daya perikanan dan terumbu karang.
Belum ada kurikulum formal kelautan (SD hingga SMA) integratif di tingkat nasional, propinsi, kabupaten dan/atau sekolah, hanya pihak – pihak tertentu saja yang memulai inisiatif sporadis (LSM, sekolah berwawasan laut dan lingkungan, sekolah di wilayah pesisir, Kabupaten tertentu seperti Balikpapan). Belum banyak dikembangkan alternatif pendidikan kelautan bagi generasi muda putus sekolah. Yang sering terjadi adalah pemusatan SDM dalam satu bidang saja, sehingga meninggalkan aspek lain yang sebenarnya jugalah sangat penting.
Pendidikan yang diajarkan sekarang kurang bermakna bagi pengembangan pribadi dan watak peserta didik, yang berakibat hilangnya kepribadian dan kesadaran akan makna hakiki kehidupan. Mata pelajaran yang berorientasi akhlak dan moralitas serta pendidikan agama kurang diberikan dalam bentuk latihan-latihan pengamalan untuk menjadi corak kehidupan sehari-hari. Karenanya masyarakat cenderung tidak memiliki kepekaan yang cukup untuk membangun toleransi, kebersamaan, khususnya dengan menyadari keberadaan masyarakat yang majemuk.
Selain itu, belum adanya alokasi yang cukup bermakna dari Departemen Pendidikan, Lingkungan Hidup maupun Kelautan dan Perikanan yang mendukung pendidikan kelautan. Itulah yang kadang disebut sebagai tidak terintegrasinya kebijakan pendidikan kelautan di Indonesia.
Kebijakan pendidikan nasional belum dibuat dengan mengacu grand strategi yang tertuang dalam rencana strategi (renstra) nasional. Tidak heran kalau kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh pusat dan daerah sepertinya berjalan sendiri-sendiri, sehingga belum bisa memunculkan sinergi (Sumber: GBHN 1999 – 2004).
Masalah pendidikan berdampak pada kurangnya supply staff ahli yang bisa benar-benar berkerja secara professional dalam mengembangkan potensi kelautan. Dr .Ir. Agustedi. MS, direktur Program Pascasarjana Pengelolaan Sumberadaya Perairan, Pesisir dan, Kelautan Universitas Bung Hatta, mengatakan, Indonesia membutuhkan lebih 200 ribu orang lebih tenaga kerja ahli bidang eksplorasi dan pengolahan hasil laut. Permintaan akan kebutuhan tenaga kerja ahli kelautan tersebut, belum mampu dipenuhi oleh Perguruan Tinggi (PT), di Indonesia saat ini baru ada sekitar 12 Perguruan Tinggi baik swasta maupun PTN yang mempunyai program studi atau Fakultas Perikanan dan Kelautan yang menggelar pendidikan perikanan dan kelautan. Lulusan tenaga ahli kelautan atau sarjana dibidang kelautan dan perikanan dari 12 universitas itu baru sekitar seribu orang lebih pertahun dan itu pun tidak semuanya menerjuni bidang yang cukup menjanjikan ini. Kebanyakan lulusan Fakultas Perikanan dan Kelautan itu lebih berharap menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sehingga cukup banyak yang menggeluti profesi lain walaupun tidak sesuai dengan dasar ilmu keahliannya. Lulusan Perguruan Tinggi memang mengharapkan pekerjaan yang layak sesuai tingkat pendidikan dan bidang keahlian, tetapi cukup terbatas yang bisa bekerja dengan memanfaatkan keahlian menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Banyaknya lulusan PT Perikanan dan Kelautan yang lebih memilih profesi lain dari pada mengolah sumbar daya kelautan. Hal itu, berkaitan dengan pola pikir yang keliru tentang bidang kajian ilmu yang ditekuninya.Sebagai ilustrasi potensi kelautan cukup menjanjikan, salah satunya terlihat dari hasil kajian para ahli terumbu karang dunia, terumbu karang seluas 1 Km persegi mampu menghasilkan ikan sekitar 40 sampai 60 ton ikan atau setara dengan 120 ribu dolar Amerika Serikat. Potensi itu, belum termasuk kemungkinan pemasukan pariwisata bahari yang mencapai 50 sampai 80 ribu dolar AS dan kegiatan penelitian. Andaikan, tenaga ahli lulusan perguruan tinggi mampu mengelola terumbu karang dan lahan laut yang mencapai 2/3 dari luas Indonesia itu, tentu akan cukup berarti bagi kemakmuran bangsa.
Sebagai bangsa maritim, selaiknya jugalah nelayan mendapat perhatian yang lebih di mata pemerintah. Para nelayan yang meskipun core-job-nya adalah pencarian hasil laut, yang seharusnya dengan potensi laut seperti ini menjadi kaya, namun yang terjadi di lapangan malah sebaliknya. Nelayan Indonesia kini identik dengan kemiskinan. Tinggal di rumah-rumah kayu yang kecil di pinggir pantai, dengan penghasilan per harinya yang kadang tidak seberapa. Sungguh hal yang memiriskan hati memang.
Saatnya berani untuk mengakui, potensi laut yang sungguh luar biasa yang diberikan Tuhan kepada kita ternyata terlalu besar dan terlalu banyak bagi bangsa ini, bahkan saking banyaknya, negara dengan penduduk kurang lebih 230 juta jiwa ini, tidak mampu untuk benar-benar memanfaatkan sembari merawat laut kita yang sungguh indah ini.
Pemerintah sebagai satu-satunya subjek pengemban amanah dari kedaulatan bangsa ini, sudah saatnya menjadikan isu ini menjadi hal yang tidak lagi diremehkan. Pembangunan saatnya diarahkan dari Land-based Development menjadi Marine-based Development. Konferensi maupun perjanjian internasional terbukti tidak bisa dijadikan jaminan adanya kemajuan yang signifikan terhadap pengembangan kebijakan kelautan Indonesia. Dan yang harus dilakukan adalah memperbaiki kebijakan dalam hal pendidikan di bidang kelautan.
Sebagai Negara yang besar, ternyata kita tidak disibukkan dengan usaha-usaha eksplorasi positif terhadap laut kita, namun malah kita hanya berpusing untuk mengusir kapal-kapal ilegal yang mengambil ikan-ikan kita secara semena-mena. Bahkan sampai sekarang, urusan ambang batas laut masih menjadi polemik dengan negara tetangga. Jika Pemerintah memang serius mengurusi seluruh kedaulatan bangsa ini, dimanapun letaknya, maka tentu hal ini tidak akan terjadi karena setiap penduduk Negara yang sungguh-sungguh mencintai bangsanya sendiri ini akan merasakan betapa besarnya anugerah Tuhan yang diberikan kepada kita.
Perkembangan kelautan Indonesia memang sudah saatnya menjadi perhatian kita bersama dengan tidak hanya berbangga. Jangan sampai kita menjadi bangsa yang kufur dengan tidak mensyukuri segala nikmat ini. Bila bangsa ini ingin benar-benar besar, maka siapapun kita, saatnya sayangi laut kita seperti menyayangi laut milik sendiri; tidak untuk apa-apa, tapi demi menyongsong totalitas kedaulatan kelautan bangsa Indonesia.
Departemen Kajian Strategis BEM FEUI 2009.
II.Pentingnya SDM perikanan dan kelautan
“The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia's Potential” menyebutkan, sektor perikanan merupakan salah satu sektor utama (di samping sektor jasa, pertanian, dan sumberdaya alam) yang akan menghantarkan Indonesia sebagai negara yang maju perekonomiannya pada 2030. Pada tahun tersebut, ekonomi Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia, dengan mengalahkan Jerman dan Inggris.
Berangkat dari fakta di atas, maka pembangunan kelautan dan perikanan memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung keberhasilan pembangunan nasional. Dengan potensi demikian, seharusnya Indonesia mampu menjadi negara maju dan menguasai pasar perikanan dunia.
Namun, yang terjadi di lapangan saat ini tidak sesuai dengan yang diharapkan. Potensi yang ada belum dikelola secara optimal. Salah satu permasalahannya adalah faktor Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk itulah pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) perlu mendorong peningkatkan kapasitas SDM kelautan dan perikanan.
Pengembangan SDM kelautan dan perikanan sangat penting, karena mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan pada hakekatnya adalah mengelola SDM-nya. Mengutip data World Economic Forum 2014, indeks daya saing Indonesia pada 2014-2015 menduduki peringkat ke-34 dari 144 negara di dunia. Salah satu pilar dari 12 pilar yang dinilai adalah pendidikan tinggi dan pelatihan, karena itu, diperlukan peningkatan kapasitas SDM melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan. Hal ini diperkuat, bahwa pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019, peran SDM kompeten menjadi target dan sasaran prioritasnya. Karena itu penyiapan SDM kompeten sangat penting dan dibutuhkan guna mensukseskan keberhasilan pembangunan kelautan dan perikanan.
Stigma nelayan dan komunitas masyarakat pesisir sebagai golongan bawah atau masuk dalam kategori miskin masih melekat. Ada suatu kebiasaan yang masih terjadi dan dilakukan oleh masyarakat nelayan adalah menghabiskan keuntungan hasil tangkapan secara cepat. Pola pikir yang mereka gunakan masih terpaku pada pola pikir tradisional, menganggap masih banyak ikan yang bisa ditangkap di laut. Meski kenyataannya persediaan ikan di laut sangat terbatas.
III. Peningkatan SDM Perikanan dan Kelautan
Ada empat hal yang perlu mendapatkan perhatian untuk membangun kelautan dan perikanan ke depan, yaitu keberlanjutan sumberdaya alam yang ada di laut, khususnya sumberdaya ikan, dukungan SDM andal, infrastruktur, dan sistem kelembagaan. Dari keempat hal tersebut, keberadaan SDM unggul menjadi kunci utama keberhasilan pembangunan kelautan dan perikanan.
Karena itu sudah saatnya Indonesia memiliki grand design pembangunan kelautan dan perikanan yang berpihak pada pengembangan SDM Indonesia di masa yang akan datang. Indonesia akan lebih maju kalau didukung oleh SDM yang baik dan bertanggungjawab. Selain itu juga perlu terus dikembangkan wirausaha-wirausaha baru berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan. Hal ini dimaksudkan guna mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya tersebut untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Banyak potensi bisnis di sektor kelautan dan perikanan yang dapat dikembangkan secara baik.
Untuk itulah perlu adanya peran pemerintah yang hadir di tengah-tengah masyarakat untuk meningkatkan kapasitas SDM kelautan dan perikanan melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan. Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2015 menargetkan penyelenggaraan pendidikan bagi 6.250 peserta didik dengan output lulusan sebanyak 1.700 orang; pengembangan Polteknik KP sebanyak 10 Unit; dukungan biaya pendidikan bagi 832 orang anak pelaku utama; penumbuhan wirausaha muda bagi peserta didik sebanyak 53 paket; sertifikasi kompetensi peserta didik; serta penyelenggaraan pendidikan kesetaraan (community college) di 5 Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Pendidikan tersebut dilakukan di sembilan Sekolah Usaha Perikanan Menengah di Aceh, Pariaman, Kota Agung, Tegal, Pontianak, Bone, Ambon, Sorong, dan Kupang; tiga Politeknik Kelautan dan Perikanan (Poltek KP) di Sidoarjo, Bitung, dan Sorong, serta satu Sekolah Tinggi Perikanan di lima kampus, yakni Jakarta, Bogor, Serang, Karawang, dan Wakatobi. Selain itu, KKP mulai mengembangkan 10 Poltek KP di berbagai daerah di Indonesia secara bertahap. Data 2014 menunjukkan jumlah peserta didiknya mencapai 6.533 orang dengan lulusan pada tahun itu sebanyak 1.665 orang. Para lulusan tersebut sebanyak 80% bekerja di dunia usaha dan industri kelautan dan perikanan.
Di bidang pelatihan, target 2015 adalah terlatihnya 17.000 orang di 34 provinsi, penguatan widyaiswara/instruktur sebanyak 1.270 orang; pengembangan Techno Parksebanyak 4 unit; penjaminan mutu penyelenggaraan pelatihan KP melalui sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dan akreditasi penyelenggaraan diklat teknis dan fungsional bagi aparatur KP; pengembangan sistem sertifikasi kompetensi SDM KP melalui penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) bidang KP, penyusunan kurikulum/modul pelatihan berbasis kompetensi, pengembangan Materi Uji Kompetensi (MUK), penyiapan assesor kompetensi, dan pengembangan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) KP; penguatan LSP KP sebanyak 406 lembaga pelatihan; serta peningkatan kapasitas tenaga kepelatihan melalui Training of Trainer, Management of Training, dan Training Officers Course. Pada 2015 juga dilakukan sertifikasi kompetensi sebanyak 21.250 orang. Sertifikasi ini diyakini merupakan cara efektif untuk menghasilkan SDM kompeten serta meningkatkan daya saing dan nilai tambah. Untuk mempercepat program sertifikasi KKP pada tahun ini menambah 225 LSP KP.
Di bidang penyuluhan pada 2015 dilakukan pendampingan 512.700 pelaku utama oleh penyuluh perikanan di 34 provinsi; pengembangan Penyelenggaraan Penyuluhan melalui Unit Percontohan Penyuluhan KP di 12 provinsi; pengembangan kelas kelompok pelaku utama dari kelas pemula menjadi kelas mandiri (madya dan utama) sebanyak 4.000 kelompok; penumbuhan kelompok pelaku utama baru sebanyak 1.270 kelompok; pengembangan teknologi informasi; implementasi strategi dan kebijakan dalam rangka penguatan SDM KP melalui jejaring kerjasama dalam dan luar negeri; serta tersedianya penyuluh di perbatasan negara tetangga sebanyak 144 orang di 10 provinsi. Berdasarkan data Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan Kelautan dan Perikanan per hari ini, terdapat 13.256 penyuluh perikanan se-Indonesia, yang terdiri dari 3.204 penyuluh perikanan PNS, 1.202 Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK), 8.529 penyuluh swadaya, 201 PPTK Daerah, 40 penyuluh swasta, dan 77 penyuluh honorer.
Dengan output 1.700 masyarakat terdidik, 17.200 masyarakat terlatih, dan 512.700 masyarakat tersuluh, maka ditargetkan pada tahun 2015 BPSDM KP dapat meningkatkan kapasitas 531.600 orang. Diharapkan kinerja yang dilaksanakan dapat mencapai target yang telah ditetapkan tersebut dengan sebaik-baiknya, sehingga jumlah SDM unggul di sektor kelautan dan perikanan dapat terpenuhi untuk mewujudkan masyarakat kelautan dan perikanan yang sejahtera.

IV.Penutup
Semangat mewujudkan sektor kelautan dan perikanan sebagai penggerak pembangunan selaras dengan potensi kekayaan alam kita dimana 2/3 kawasan Indonesia adalah laut. Pemerintah perlu fokus menggali sumberdaya alam dan harus mengedepankan sumberdaya manusia sebagai instrumen yang sangat vital karena keduanya bak dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Mewujudkan SDM kelautan dan perikanan bukan perkara mudah, butuh upaya keras untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia kelautan dan perikanan dimana nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan dan petambak garam sebagai motor penggeraknya. Kunci penting pembangunan kelautan dan perikanan bukan semata terletak pada melimpahnya sumberdaya alam tetapi pada kuatnya sumberdaya manusia untuk mengelola dan memanfaatkannya secara berkelanjutan.
Daftar Pustaka
Suseno, Sukoyono. 2015. “Membangun Laut Membangun Manusia”. Humas BPSDM KP. Jakarta
Siaran Pers. 2015. “SDM Kelautan dan Perikanan Kompeten Kunci Pembangunan Nasional”. Humas BPSDM KP”. Malang
Siaran Pers. 2015. “KKP Perkuat SDM Kelautan dan Perikanan”. Humas BPSDM KP”. Jakarta
Solihin, Dadang. 2012. “Peningkatan Kualitas SDM Aparatur dan Kepemimpinan Masa Depan”, Diklat Pengembangan Kepribadian SDM Aparatur LAPAN”. Jakarta
Solihin, Dadang. 2015. “Saatnya Negara Berdaulat di Laut: Koordinasi Lintas Sektoral dalam Mendukung Pembangunan Kemaritian”,, PPRA LIII Lemhanas RI, Jakarta

Jumat, 04 November 2016

BUDIDAYA IKAN BANDENG DI TAMBAK TRADISIONAL (Chanos chanos)

Budi daya ikan bandeng (Chanos chanos)  di Indonesia cukup maju.  Bandeng dapat dibudidayakan di air laut, air payau, dan air tawar sekitar 98% bandeng diproduksi dari budi daya di tambak. Budi daya bandeng dilakukan untuk memproduksi ikan konsumsi, ekspor, dan umpan dalam penangkapan tuna dan cakalang.

MENGENAL IKAN BANDENG

Ikan bandeng memiliki bentuk badan yang baik, hal ini memudahkan untuk bandeng berenang dengan cepat, bentuk yang hampir menyerupai tornadao.  Kepala bandeng juga tidak memiliki sisik seperti ikan laut pada umumnya,  mulut kecil terletak di ujung rahang tanpa gigi,  dan lubang hidung terletak di depan mata Mata diseliputi oleh selaput bening (subcutaneus). Warna badan putih keperak perakan dengan punggung biru kehitaman Bandeng mempunyai sirip punggung yang jauh di belakang tutup insang. dengan 14-16 jari-jari pada sirip punggung, 16 – 17 jari jari pada sirip dada 11-12 jari jari pada sirip perut, 10 jari-jari pada sirip anus/dubur (sirip dubur/anal finn terletak jauh di belakang sirip punggung), dan pada sirip ekor berlekuk simetris dengan 19 jari-jari Sisik pada garis susuk berjumlah 75-80 sisik Bandeng juga mempunyai tulang atau duri di dalam tubuhnya sebanyak 164 duri.
Bandeng adalah ikan asli air laut yang dikenal sebagai petualang ulung walaupun dapat hidup di tambak air payau,  maupun dipelihara di air tawar. Ikan ini dapat berenang mulai dari perairan laut yang salinitasnya tinggi, 35 ppt atau lebih (ini adalah habitat aslinya), kemudian dapat masuk mendekat ke muara muara sungai (salinitas 15-20 per mil)  dan dapat masuk ke sungai dan danau yang airnya tawar. Sehingga bandeng digolongkan sebagai ikan euryhaline.
Bandeng yang dapat menempuh perjalanan yang jauh ini,  akan tetap kembali apabila akan berkembang biak. Benih bandeng yang masih bersifat planktonik (terbawa oleh gerakan air,  berupa arus, angin, atau gelombang akan mencapai di daerah pantai, dengan ukuran panjang sekitar 11-13 mm dan berat 0,01 gr dalam usia 2-3 minggu, yang dikenal sebagai nener.
 Bandeng digolongkan dalam herbivora pemakan tumbuh tumbuhan. Karena ikan ini selain memakan banyak tumbuhan berupa plankton (tumbuhan dan hewan yang melayang-layang di dalam air). juga karena ikan bandeng bergigi, pada lengkung insang terdapat alat tapisan.  kerong kongannya berlekuk dua kali yang berpilin-pilin, perutnya berdinding tebal dan ususnya panjang, sekitar 3-12 kali panjang badannya. Ciri-ciri seperti ini, dalam ichthyology (ilmu tentang ikan) digolongkan ke dalam pemakan tumbuhan atau herbivora.
 Gambar : Ikan Bandeng
Makanan yang dimakan bandeng berupa ganggang benang (Chlorophyceae), Diatomae,  Rhyzopoda (Amuba), Gastropoda (siput), dan beberapa jenis plankton lainnya sedangkan di tambak, bandeng dikenal sebagai pemakan klekap (tahi air atau bangkai)  yang merupakan kehidupan kompleks yang didominasi oleh ganggang biru (cyanophyceae)  dan ganggang kersik (Bacciliariophyceae). Di samping itu,  adanya bakteri. protoaca, cacing, udang renik, dan sebagainya sehingga sering disebut ‘microbentie biological complex’.
Klekap, selain terdiri dari organisme yang disebut di atas, juga masih banyak jenis jenis organisme bentik, yang terdiri dari hewan dan tumbuhan yang dapat dimakan oleh ikan bandeng, sehingga klekap merupakan makanan utama dalam budi daya bandeng di tambak sistens ekstensif (tradisional). Bandeng yang sudah dewasa,  juga memakanmakanan dari daun daunan tanaman tingkat tin seperti Najas,  Ruppia.  dan sebagainya. Jenis jasad yang dimakan oleh bandeng dikelompokkan ke dalam lumut,  klekap,  dan plankton.
Sewaktu masih muda,  bandeng berenang hingga di sekitar pantai dan masuk ke muara muara sungai, namun bandeng tetap memijah di laut. Bandeng mulai dewasa ketika mencapai umur 3 tahun. Bandeng memijah di dekat pantai pada perairan yang jernih, pada kedalaman 40-50 meter seekor bandeng betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 5 juta sampai 6 juta butir Telur yang dikeluarkan berdiameter sekitar 1,2 mm dan akan menetas 24-34 jam setelah pembuahan. Larva yang ditetaskan berukuran panjang sekitar 35 mm dan warnanya bening Larva ini bersifat planktonik dan terbawa oleh arus, angin, dan gelombang hingga mencapai pantai yang biasa disebut nener. Nener ini berukuran panjang sekitar 11- 13 mm, berat 0,01 gr dan berumur 2-3 minggu.

1. PENGOLAHAN TANAH.
Langkah awal yang dilakukan dalam persiapan tambak untuk pemeliharaan ikan bandeng di tambak adalah kegiatan pengolahan tanah. Hal ini sangat penting dilakukan agar dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tambak. Berikut tahap-tahap pengolahan tanah tambak secara intensif:
a.   Pengeringan tanah dasar tambak
Pengeringan tanah dasar tambak yang diperlukan antara lain sebagai berikut :
-    Pengeringan selama 7 hari dan jika cuaca kurang baik 14 hari
-    Pengeringan tanah tambak dilakukan hingga jika tanah diinjak hanya terbenam  sekitar 1  cm
-    Pengeringan sampai 2 lapisan sebelah atas tanah dasar tambak
-    Pengeringan sampai tanah dasar tambak retak-retak dan kadar airnya 18 – 20 %
Manfaat pengeringan dasar tambak antara lain untuk membasmi hama dan penyakit, mempercepat proses penguraian bahan-bahan organik menjadi mineral, menghilangkan sisa-sisa bahan beracun seperti asam sulfida (H2S) dan ammonia (NH3), serta merangsang pertumbuhan klekap (lumut dasar) yang menjadi makanan alami ikan bandeng di tambak. Tanah tambak yang terus menerus terendam air semakin lama semakin bersuasana anaerob (kurang oksigen/tidak beroksigen) sehingga proses mineralisasi yang memerlukan suasana aerob (cukup oksigen) menjadi terhambat.
 
Gambar :Pengeringan Tambak


b.   Perbaikan kontruksi tambak
Tahap awal dari persiapan tambak adalah perbaikan tata pertambakan yaitu meliputi perbaikan pematang, perbaikan pintu dan saringan, pembuatan caren (saluran keliling) dan perbaikan bocoran. Pemetang petakan yang telah terkikis (longsor atau aerosi) harus diperbaiki. Bocoran pada pematang akibat kepiting atau hewan lain perlu ditutup. Pada kaki pematang petakan sebaiknya dibuat ”berm” yang dapat berfungsu sebagai penahan longsoran tanah dari pematang dan sebagai tempat untuk memperbaiki bocoran. Keadaan pintu yang sudah atau agak rusak perlu diperbaiki. Pada bagian pintu arah petakan dipasang saringan halus (kasa nillon atau yang sejenisnya) yang berfungsi untuk mencegah masuknnya ikan liar atau udang dipelihara selama pengaturan air dipetakan tambak.
c.   Pengapuran tanah dasar
1.      Peranan Pengapuran tanah dasar tambak sebagai berikut :
Ø  Untuk membunuh mikroorganisme kebanyakan, terutama parasit, karena reaksi kaustiknya.
Ø  Untuk menaikkan pH air yang  asam ke nilai netral atau sedikit basa.
Ø  Untuk meningkatkan cadangan alkali dalam air dan lumpur yang mencegah perubahan pH yang ekstrim.
Ø  Untuk meningkatkan produktivitas biologi, karena meningkatkan pemecahan zat organik oleh bakteri,  menciptakan peningkatan oksigen dan cadangan karbon.
Ø  Untuk mempercepat pemecahan atau pelarutan bahan organik.
Ø  Untuk mengurangi kebutuhan oksigen biologis (BOD).
Ø  Untuk meningkatkan penetrasi cahaya.
Ø  Untuk meningkatkan nitrifikasi karena kebutuhan kalsium dengan nitrifikasiorganisme.
Ø  Untuk menetralisir aksi berbahaya dari zat tertentu seperti sulfida dan asam.
Ø  Untuk secara tidak langsung meningkatkan tekstur tanah dasar di atas materi organik.
Pengapuran meningkatkan alkalinitas air sehingga meningkatkan ketersediaan karbondioksida untuk fotosintesis. Alkalinitas tinggi setelah pengapuran juga buffer air terhadap perubahan drastic pH umum dalam kolam eutrofik dengan air lunak. PH pagi akan lebih tinggi setelah pengapuran, namun, karena penyangga oleh bikarbonat,Sore nilai pH tidak akan setinggi sebelum aplikasi kapur. Pengapuran meningkatkanTotal hardness dengan menambahkan alkali (kalsium dan magnesium - PearlSpar-Aqua). Dengan perlakuan kapur, air dapat dibersihkan dari noda humat yang bersal dari vegetatif, yang membatasi penetrasi cahaya. Efek bersih dari perubahan pengapuran kualitas air berikut ini untuk meningkatkan produktivitas fitoplankton, yang pada gilirannya, menyebabkan peningkatan produksi ikan.
2.      Jenis Bahan Pengapuran
Sejumlah zat yang berbeda digunakan sebagai bahan pengapuran, bahan kimia yang digunakan untuk pengapuran tanah dan air adalah oksida, hidroksida dan kalsium silikat atau magnesium, karena ini yang mampu mengurangi keasaman. Unsur dari jenis kapur meliputi:
a.       Kalsium (CaCO3) dan Dolomit (Kalsium-Magnesium Karbonat) [CaMg (CO3) 2]
Karbonat terjadi secara luas di alam. Di antara bentuk-bentuk umum yang dapat dimanfaatkan sebagai zat pengapuran yang kapur calcitic yang merupakan kalsium karbonat murni dan kapur dolomit yang merupakan kalsium karbonat-magnesium dengan proporsi yang berbeda-beda kalsium dan magnesiumnya. Kalsium karbonat komersial dikenal sebagai kapur pertanian. Karbonat adalah reaktif setidaknya dari tiga zat pengapuran. Sekarang, terutama dianjurkan untuk menggunakan dolomit [CaMg (CO3) 2] selama periode kultur.
b.      Kalsium Oksida (CaO)
Ini adalah satu-satunya senyawa yang kapur istilah dapat diterapkan dengan benar. Kalsiumoksida adalah dikenal sebagai kapur unsulated, kapur terbakar dan kapur cepat. Sekarang diproduksi oleh kapur calcitic dipanggang di tungku. Oksida kalsium dan kaustik higroskopis dan sering dianjurkan untuk menerapkan kapur ini untuk tanah asam saja.
c.       Kalsium Hidroksida (Ca (OH)2)
Kalsium hidroksida dikenal sebagai kapur dipipihkan, kapur terhidrasi atau kapur pembangun. Sekarang disiapkan oleh hydrating kalsium oksida. Semuanya adalah serbuk putih keabu-abuan. Bahan pengapuran yang berbeda dalam kemampuan untuk menetralkan asam.CaCO3 Murni adalah ukuran standar bahan pengapuran terhadap yang lainnya. Nilai penetralan CaCO3 adalah 100 persen dan untuk sampel murni dari bahan lain adalah sebagai berikut: CaMg (CO3)2, 109 persen;Ca (OH)2, 136 persen, dan CaO, 179 persen.
3.      Teknik Pengapuran:
Ø  Untuk memperbaiki kondisi dasar tambak selama persiapan kolam pembesaran. Setelah melakukan budidaya, tanah dasar dapat menjadi sangat tercemar dan asam karena akumulasi humus zat organik. Pengapuran bahan yang dapat digunakan untuk menetralkan asam organik dibebaskan dari humus substansi dan meningkatkan nilai pH tanah dasar dan untuk meningkatkan degradasizat organik, sehingga zat organik humus dapat kembali digunakan sebagai pupuk selama budidaya berikutnya.
Ø  Bahan pengapuran juga memiliki properti desinfektan dan karena itu berfungsi sebagai disinfektan bila diterapkan dalam persiapan kolam pembesaran.
Ø  Selama periode budidaya, saat pH air tambak turun di bawah kisaran normal untuk udang budidaya (di bawah pH 7,2), bahan pengapuran dapat digunakan untuk meningkatkan nilai pH ke tingkat optimal. Dosis didasarkan pada pH tanah dasar dan jenis bahan kapur yang digunakan.
4.      Pedoman Untuk Pengapuran SelamaPeriode Budidaya:
Ø  Selama bulan pertama budaya ketika tidak ada pertukaran air dan jika pH nilai normal 7,5-7,8 di pagi hari.Dolomit harus dilakukan setiap 2-3 hari dilaju 150-200 kg / ha.
Ø  Nilai pH normal 7,5-8,0 dalam pagi dan tidak meningkat lebih dari 0,5 di sore hari, tapi ada perkembangan fitoplankton. Menggunakan dolomit sebesar 200-250 kg / hasetiap 2-3 hari selama siang hari.
Ø  Nilai pH di pagi hari lebih rendah dari 7,5. Menggunakan penebaran dolomit sebesar 150kg / ha / hari pengukuran pH pada pagi berikutnya, ulangi pengapuran sekali sehari sampai nilai pH meningkat hingga 7,5.
Ø  PH air di pagi hari adalah sekitar 8,tetapi meningkat lebih dari 0,5 di sore (seperti 8,8 atau 9) danwarna air adalah normal.Menggunakan dolomit 200 kg / ha / hari di pagi hari,ulangi aplikasi setiap hari sampai pH tidak bervariasi dan pH air tidak begitu tinggidi pagi hari.
Ø  Udang berukuran 1 atau 2 bulan sebelum panen. Air berwarna gelap atauselama tidak ada pertukaran air, air mungkin memiliki gelembung. Nilai pH air pada pagi dan sore hari bervariasi.Menggunakan dolomit sebesar 200 kg / ha / waktu dimalam atau dini hari. Frekuensi pengapuran tergantung pada warna air dan pertukaran air.Disarankan bahwa pengapuran harus dilakukan setiap hari. Namun,tergantung pada warna air kolam dan pH.
Ø  Sebelum pertukaran air jika tidak yakin dengan kualitas airnya.Penenbaran dolomit 200 kg / ha
d.   Pemupukan.
Tujuan pemupukan tambak adalah untuk menyuburkan pertumbuhan klekap yang hidupnya menempel pada tanah dasar tambak. Karena kehidupan klekap yang menempel pada tanah dasar tambak tersebut maka pemupukan lebih ditujukan pada pemupukan tanah dasar.
Tehnik pemupukan adalah sebagai berikut :
Ø  Setelah pengeringan tambak dianggap dianggap sempurna, tebarkan pupuk organik sebanyak 0,5 – 3 ton/Ha yang disebarkan secara merata keseluruh dasar tambak.
Ø  Masukkan air setinggi 10 cm dan pintu air ditutup rapat kemudian biarkan menguap sampai kering agar pupuk tersebut dapat meresap kedalam tanah dan terjadinya proses mineralisasi bahan organik tersebut.
Ø  Kemudian diairi lagi 10 cm dan diberi pupuk anorganik yaitu Urea dan TSP, masing-masing 50 dan 100 kg/Ha. Pemberiannya dapat secara bertahap dimana tahap pertama lebih kurang 30 % dan selanjutnya yang masih tinggal diberikan 2 x dengan selang waktu seminggu.
Ø  Kalau klekap sudah tumbuh subur diseluruh permukaan tambak, maka air ditinggikan lagi 20 cm dan secara bertahap selanjutnya dinaikkan sampai ketinggian lebih kurang 60 cm dari pelataran dan benih bandeng siap ditebarkan. untuk mencegah perubahan kualitas air secara tiba-tiba.
 
 
Gambar : Pemupukan Ulang
 2.   PENGISIAN AIR
Air yang digunakan sebagai media budidaya adalah air laut yang dimasukkan kedalam tambak dengan memanfaatkan pasang atau pompa, dan air tawar dari sungai. Salinitasnya sekitar 10 – 35 ppm atau digolongkan kedalam air payau. Jumlah air tambak ditentukan oleh pasang surut air laut sebagai suplai air tambak. Tambak air payau kebanyakan dibangun didaerah pasang surut yaitu pasang surut tertinggi dan terendah. Jika kekeruhan sangat tinggi, maka perlu dilakukan pergantian air.
Biasanya pengisian air ataupun pergantian air menggunakan pipa paralon (PVC). Pipa paralon disebut juga pipa goyang atau stand pipa. Cara pemasangan ialah dengan memasukkan salah satu ujung pada bagian tambak. Sedang yang lainnya berada diluar tambak dengan ujung berbentuk huruf L. Untuk memudahkan pengisian air, maka yang ada dibagian ujungnya (dari elbo) tidak diberi perekat agar mudah digerak-gerakkan keatas dan kebawah.
 
3.   PENEBARAN DAN AKLIMATISASI
Penebaran nener yang baik yaitu dengan langkah awal dalam budidaya bandeng. Selanjutnya nener akan berkembang dalam setiap petakan pada tambak yag telah disediakan. Saat yang baik untuk menebarkan nener ialah pada pagi atau sore hari pada pertengahan musim penghujan. Pada saat-saat tersebut jumlah air dalam tambak tercukupi sehingga kadar asam dan gas-gas beracun teroksidasi. Dengan demikian nener tidak mengalami kematian. Penebaran yang tepat ialah pada pukul 6.00 sampai pukul 7.00 pagi yang mana udara masih segar dan suhu belum naik.
Jumlah benih yang harus ditebarkan tergantung dari kesuburan tambak dan tingkat pengelolaannya. Namun, bila makanan alami (klekap, lumut, plankton) cukup tersedia. Maka untuk bandeng dapat dilakukan penebaran nener dengan padat penbaran 30 – 60 ekor/m2 (ukuran antara 0,005 – 0,007 gram).
Padatnya penebaran harus seimbang dengan persediaan makanan alami. Apabila merangsang makanan alami seperti klekap dan plankton lebih pesat dengan pemupukannya. Perhitungan penebaran yang tepat ialah satu Hektar diisi maksimal 5000 – 7000 ekor/Ha.
Cara aklimatisasi, pertama-tama kantong plastik yang berisi nener/benih diapungkan dalam tambak yang akan ditebar lebih kurang 15 menit agar suhu air selama pengangkutan menjadi seimbang dengan suhu air tambak. Tandanya yang dapat dilihat adalah apabila telah terjadi pengembunan di sekitar permukaan plastik. Setelah dilanjutkan dengan penyesuaian salinitas yaitu dengan membuka kantong plastik, masukkan air tambak sedikit demi sedikit ke dalam kantong plastik sampai kantong penuh berisi dengan air tambak, kemudian baru dilepaskan semuanya.
Ciri-ciri nener yang sehat adalah :
Ø  Mempunyai kebiasaan berenang yang bergerombol menuju satu arah mengikuti jarum jam atau sebaliknya.
Ø  Memiliki daya renang yang lebih lincah / agresif. Gerakan yang lamban dan tersendat-sendat menunukkan bahwa nener kurang sehat.
Ø  Cepat bereaksi apabila ada kejutan pada wadah pengangkutannya.
Untuk penggunaan / penebaran langsung benih gelondongan maka adaptasi seperti di atas tetap dilakukan, namun padat penebaran benih yang digunakan lebih rendah yakni antara 2.500 – 5.000 ekor/Ha. Untuk masa pemeliharaan 4 – 5 bulan, maka akan dihasilkan ikan bandeng konsumsi dengan berat individu antara 300 – 400 gr / ekor.
 
 
 Gambar : Pemilihan benih


4.    MONITORING PERTUMBUHAN
Perkembangan nener sangat tergantung dari padatnya penebaran. Dalam satu Hektar dapat ditebar 1000 ekor pada petak pendederan. Perkembangan nener menjadi pesat jika airnya dalam keadaan jernih dan banyak terdapat plankton dan klekap. Kejernihan air mempermudah bagi ikan untuk memproleh makanan karena penglihatannya tidak terhalang. Pemberian makanan tambahan berasal dari dedak halus yang dicampur dengan pupuk yang dapat memacu pertumbuhan ikan.
Setelah berada pada petak pendederan selama satu bulan nener sudah mampu mengenali lingkungannya.Tingkah laku nener yang berada dalam petak pendederan setelah adanya pencampuran air dari tempat yang berbeda dapat diamati. Ikan yang sudah mengenali lingkungannya dan mampu menerima keadaan air, akan bergerak melawan arus.
         Apabila nener dipelihara dengan baik maka perkembangannya berjalan dengan normal. Hal-hal yang perlu diperhatikan ialah meliputi penumbuhan makanan alami, penumbuhan klekap, pemberian makanan tambahan, pengaturan irigasi, menjaga kualitas air, dan mempertahankan suhu. Setelah selama sebulan nener berada dalam petakan pendederan/peneneran, maka barulah dipindah kepetak gelondongan. Pada usia ini nener sudah berukuran 5 cm.
         Pemberian makanan perlu ditingkatkan lagi guna memacu perkembangan sehingga belum sampai usia enam bulan bandeng sudah bisa dipanen. Setelah berada dalam petak gelondongan, ikan dipelihara selama 2 bulan. Kemudian dipindahkan kedalam petak pembesaran yang selalu disertai dengan masalah seperti munculnya ikan pesaing dan predator.
 
 Gambar : Sampling

5.    PENGGELOLAAN KUALITAS  AIR
Kualitas air yang telah sesuai dengan kebutuhan ikan harus tetap dipertahankan. Bila terjadi perubahan mendadak, secepatnya diupayakan pemulihan agar ikan tidak stress atau mati. Perhatian serius kearah ini akan menbuahkan hasil yang memuaskan Karena kualitas sangat erat hubungannya dengan menumbuhkan makanan alami.
Kriteria kualitas air yang baik adalah :
Ø  Salinitas 15 – 30 per mil
Ø  Suhu 27 – 31 C
Ø  PH air 7,5 – 8,5
Ø  Oksigen terlarut > 3 ppm
Ø  Alkalinitas > 150 ppm
Ø  Kecerahan 30 – 40 cm.
Untuk menjaga kualitas air tetap baik, maka pergantian air perlu dilakukan sesuai kebutuhan dan ditambahkan probiotik.
 
 
6.    PENGENDALIAN PAKAN (ALAMI DAN BUATAN)
Tersedianya makanan alami dalam tambak tergantung pada pemupukan tambak sebelum nener ditebar. Dengan pemupukan, banyak unsure hara yang terlarut, selain komposisi kimiawi yang ada pada dasar tanah menjadi lebih baik dalam menyediakan unsur nitrogen, fosfor, kalium, magnesium, ferum, serta unsur-unsur mikro lainnya.
Ditambak terdapat beberapa jenis pakan alami yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan bandeng. Jenis tersebut adalah klekap, lumut, plankton dan organisme dasar (benthos). Namun demikian, jarang sekali semua jenis tersebut dapat hidup dan tumbuh dalam tepat dan waktu yang kebersamaan. Hal ini tergantung dari keadaan kulaitas air dan tanah serta kedalam air tambak.
Makanan utama ikan bandeng di tambak adalah klekap, oleh karenanya pertumbuhan klekap di tambak harus dijaga berlangsung terus menerus. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pupuk ulang/susulan secara berkala setiap 2 minggu sekali menggunakan pupuk Urea dan TSP dengan perbandingan 2 : 1 sebanyak 25 kg, selain itu dapat diberikan pakan tambahan berupa dedak halus dengan dosis 5 % berat badan per hari.
 
7. PEMBERANTASAN HAMA.
Apabila persiapan tambak/pengolahan tanah telah dilakukan dengan sempurna maka pada dasarnya pekerjaan pemberantasan hama telah sekaligus dikerjakan karena pada pengeringan dasar tambak secara total hama ikan yang ada didalamnya akan mati. Namun pada kondisi dimana dasar tambak tidak bisa dikeringkan secara total, maka pemberantasan hama ikan buas (pemangsa) dan ikan penyaing (kompetitor) dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida biji teh (Saponin) atau akar tuba (Ratonin). Dosis pemberian Saponin antara 20-20 ppm, bergantung kepada kondisi kadar garam (salinitas air tambak). Semakin rendah salinitas, semakin tinggi dosis saponin yang digunakan. Di pasaran saponin dijual dalam bentuk lempeng atau tepung/bungkil. Cara pemakaian yang berbentuk lempeng harus dihancurkan / ditumbuk terlebih dahulu, dimasukkan kedalam wadah/ember, kemudian direndam lebih kurang 12 jam selanjutnya siap dipercikan kedalam tambak.
Penggunaan akar tuba bisa dalam bentuk segar, akar kering atau yang sudah berbentuk tepung. Untuk akar tuba yang masih segar dosis pemakaiannya 20 – 40 kg/Ha, dalam bentuk kering 4 – 6 kg/Ha, sedangkan dalam bentuk tepung dosisnya adalah 5 ppm. Cara pemakaiannya akar tuba segar adalah dengan memotong akar tuba tersebut dan mencincangnya kecil-kecil kemudian direndam lebih kurang 12 jam, lalu tumbuk dan kocok-kocok dalam air tambak. Sedangkan penggunaan akar tuba dalam bentuk tepung, direndam/dilarutkan terlebih dahulu dalam ember baru kemudian dipercikkan kedalam tambak secara merata.
 
8.    PANEN DAN PASCA PANEN
Untuk penebaran benih bandeng dalam ukuran nener, maka pemanenan baru dapat dilakukan setelah masa pemeliharaan 5 – 6 bulan dimana berat ikan yang dipanen akan mencapai 300 – 400 gr/ekor. Sedangkan kalau penebaran benih dalam bentuk benih gelondongan, hanya memerlukan masa pemeliharaan 4 – 5 bulan untuk mencapai ukuran panen yang sama.
Metoda pemanenan ikan bandeng dari tambak dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a.       Dengan memasukkan air.
Cara ini juga dikenal dengan istilah sistim nyerang, dilakukan pada tambak yang mempunyai petakan lengkap dimana petak pembagi air dimanfaatkan sebagai petak penampung. Beberapa saat sebelum pasang tiba, semua pintu yang berhubungan dengan petakan ini dibuka, sehingga air pasang dengan mudah masuk ke petakan pembagi kemudian ke petakan yang akan dipanen. Gerombolan ikan akan berusaha keluar ke petak pembagi air dengan terbukanya pintu air petakan yang akan dipanen dan selanjutnya tinggal dilakukan pemanenen.     
b.      Dengan pengeringan total.
Untuk tambak yang tidak terjangkau oleh pasang surut air laut misalnya karena lokasinya jauh dari pantai atau tambak tersebut tidak dilengkapi dengan petak pembagi/petak penagkapan, maka pemanenen dilakukan dengan cara pengerngan. Caranya adalah dengan jalan pengeringan tambak/membuka pintu air pada saat air surut sampai pelataran kering total dan ikan yang akan dipanen akan turun ke caren yang masih ada airnya. Selanjutnya ikan yang sudah berkumpul pada caren digiring dengan menggunakan caren kearah pintu air untuk mempersempit ruang geraknya, kemudian ditangkap dengan menggunakan seser dan alat tangkap lainnya.        
Pada waktu penangkapan diusahakan agar tidak mati sebelum ditangkap. Ikan yang terlalu banyak bergerak sebelum mati atau yang mati perlahan-lahan dapat mempengaruhi mutu kesegarannya, oleh karenanya diupayakan agar ikan-ikan dapat ditangkap dalam keadaan hidup dan segar. Kalaupun kemudian mati, mutunya masih cukup baik. Setelah ikan mati, segera dicuci bersih dengan es sambil dipisahkan menurut jenis dan ukurannya, setelah itu barulah disusun dalam wadah pengangkut yang diberi lapisan es secara berselang seling dimana perbandingan berat ikan dengan berat es antara 1 : 1 sampai 1 : 2.
 
 
 
 Gambar : Pemananenan Ikan Bandeng Dengan Pengeringan Total

Gambar : Pegesizean Ikan Bandeng
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, T dkk, 1998. Budidaya Bandeng Secara Insentif. Penebar Swadaya. Jakarta
Idel, A. dan S. Wibowo. 1996. Budidaya Tambak Bandeng Modern.Gitamedia Press. Surabaya
Martosudarmo, B. dan B. S. Ranoemihardjo. 1992. Rekayasa Tambak.Penebar Swadaya, Jakarta.
Soeseno, S, 1987. Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. PT.Gramedia. Jakarta.
Anonim, 1985. Pedoman Budidaya Tambak. Direktorat Perikanan. Jakarta. Balai Budidaya Air Payau. Jepara. 225 p.
Bagarinao T.U (1991) Biology of Milkfish (Chanos chanos Forsskal), Aquaculture Departement Southeas Asian Fisheries Development Center, Tibgauan Iloilo Fhilippines.
Zakaria.2010.Petunjuk Tehnik Budidaya Ikan Bandeng.diakses dari http://cvrahmad.blogspot.com.
Ahmad, Taufik., Erna Ratnawatim, M. Jamil R. Yakob,1998. Budidaya Bandeng secara Intensif.Penebar Swadaya, Jakarta.
Alifuddin, M. 2003. Pembesaran Ikan Bandeng. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Dirjen Pendidikan Dasar Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Ansari Rangka, Nur., Andi Indra Jaya Asaad, 2010.Teknologi Budidaya Ikan Bandeng di
Sulawesi Selatan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros.
Statistik Budidaya, 2013. Direktorat Perikanan Budidaya. Kementerian Kelautan Perikanan.
Jakarta
Sudrajat, Achmad, Wedjatmiko, Tony Setiadharma, 2011.Teknologi Budidaya Ikan Bandeng.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Tristian. 2011. Budidaya Ikan Bandeng. Pusat Penyuluhan, Kementerian Kelautan Perikanan.
Jakarta