Jumat, 04 November 2016

Budidaya Ikan Kerapu Cantang di Keramba Jaring Apung (KJA)

 Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki perairan yang sangat luas dengan panjang garis pantai 81.000 km dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 5.800.000 km2. Menurut Ditjen Perikanan, dengan luas perairan tersebut potensi produksi perikanan Indonesia dapat mencapai 6,7 juta ton ikan per tahun. Namun produksi perikanan secara nasional baru terealisasi rata-rata sebesar 45% atau sekitar 3 juta ton ikan per tahun.
 Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan karang yang menjadi salah satu komoditas ekspor dan belum dimanfaatkan secara penuh. Indonesia adalah produsen utama kerapu dimana tiap tahunnya mengalami peningkatan permintaan. Dengan naiknya permintaan, maka meningkat pula aktivitas penangkapan di alam sehingga lambat laun ketersediaan ikan tersebut di alam menjadi habis. Berkembangnya pasar ikan kerapu dunia karena adanya perubahan selera konsumen dari ikan mati dan beku ke ikan yang masih hidup, mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan ikan kerapu melalui usaha budidaya.
 Ikan kerapu memiliki banyak jenis antara lain Kerapu Tikus, Kerapu Macan, Kerapu Kertang, Kerapu Lumpur. Perekayasaan hibridisasi ikan kerapu antara ikan kerapu macan betina dan kerapu kertang jantan telah menghasilkan satu varietas baru, bernama ikan kerapu cantang yang secara morfologis  mirip dengan kedua spesies induknya, sedangkan pertumbuhannya lebih baik daripada ikan kerapu macan dan kerapu kertang itu sendiri. Selain itu, kerapu cantang memiliki keunggulan lain yaitu memiliki ketahanan terhadap penyakit lebih baik dan lebih toleransi terhadap lingkungan kurang layak dan ruang yang sempit.
 Pengembangan budidaya sistem keramba jaring apung (KJA) mempunyai kelebihan antara lain rendahnya biaya operasional, teknologi budidaya yang relatif sederhana dan mudah diadaptasikan pada masyarakat nelayan maupun pembudidaya secara luas. Dengan begitu, produksi ikan dapat dengan mudah dipasarkan dalam keadaan hidup. Kondisi ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir, nelayan, pembudidaya ikan dan para pelaku bisnis perikanan.

Lokasi Budidaya Ikan Kerapu di KJA
Pemeliharaan ikan kerapu dapat dilakukan di keramba jaring apung (KJA). Ikan kerapu hidup pada media air laut, sehingga keramba jaring apungnya harus ditempatkan di laut. Lokasi yang cocok untuk keramba jaring apung di laut adalah :
  • KJA harus ditempatkan pada lokasi yang perairannya tenang (teluk terlindung, atau antara pulau-pulau) dengan arus air yang agak tenang/memedahi. Alur kapal harus disediakan untuk operasi pemeliharaan.
  • Kedalaman air pada saat surut minimal 3 meter ( idealnya , 15-30 meter). Lokasi KJA harus mempunyai pertukaran air (arus) air yang baik, tidak terjadi pengadukan air pada kedalaman tertentu. Kecepatan arus paling tidak 0.1 meter per detik.
  • Dasar perairan sebaiknya batu berpasir. Lokasi KJA sebaiknya jauh dari padang lamun atau karang hidup, untuk mrenghindari dampak negatif KJA pada lingkungan sekitar.
  • Lingkungan sekitar harus mendukung kegiatan KJA, ruangan yang cukup untuk pemeliharaan jaring, pakan, gudang peralatan, produk pasca panen dan tempat tambat kapal dan semua fasilitas tersebut harus terpadu.
  • Bukan merupakan wilayah pelayarn (kapal nelayan, kapal tangker dll)
  • Salinitas air laut 29 - 32  ppt. 
 Persiapan Jaring

            Beberapa ukuran mata jaring yang berbeda harus disiapkan selama pemeliharaan ikan. Polyethylene (PE) adalah bahan yang baik untuk jaring. Pemakaian jaring tanpa simpul dianjurkan untuk menghindari luka pada ikan terutama benih yang baru masuk. Pemakaian jaring dengan simpul tidak masalah jika penanganan ikan dengan cara hati-hati. Stok jaring cadangan sebagai pengganti secara rutin harus dipersiapkan untuk memudahkan operasional.
 
Berat ikan
(g)
Ukuran jaring
(m)
Ukuran mata jaring
(inc)
Jumlah benang
Periode
(bulan)
4-10
2 x 2 x 2
0.5
8-10
1
10-50
3 x 3 x 2.5
0.75
10-12
3
50-150
4 x 4 x 3
1
12-14
3-4
150-500
4 x 4 x 3
1.5
16-20
9-10
> 500
4 x 4 x 3
2
20-24
---

 

 

 

Persiapan Perlengkapan
            Selain rakit terdapat beberapa perlengkapan yang harus disiapkan untuk memudahkan mengoperasikan selama pemeliharaan. Di bawah ini beberapa perlengkapan penting yang diperlukan:
a. Perahu : sebuah perahu yang agak besar yang dipergunakan untuk mengangkut juvenile/ benih, pakan, jaring, hasil panen dan sebagainya. 
b.  Freezer dan kulkas : untuk menyimpan pakan, obat-obatan, bahan aditif seperti vitamin, perlengkapan tersebut bisa disimpan di daratan unuk tempat mensupport kegiatan di KJA. Jika menggunakan pakan pelet kering freezer tidak begitu diperlukan
 c. Generator: beberapa peralatan di KJA memerlukan listrik, sehingga keberadaan generator harus ada di KJA.
 d. Aerator : Diperlukan selama treatment ikan dengan perendaman air tawar atau obat-obatan untuk menanggulangi penyakit.
e.     Mesin penyemprot jaring untuk mempercepat pembersihan jaring sehingga pengantian jaring yang kotor selama pemeliharaan bisa cepat diganti.
f.   Para net penutup jaring : Untuk mengurangi sinar matahari masuk dalam jaring. Untuk penutup ini bisa dipakai material yang lain.
g.    Peralatan yang lain: Beberapa perlengkapan yang diperlukan untuk kegiatan sehari-hari diantaranya serok dengan berbagai ukuran (tanpa simpul), timbangan untuk menimbang ikan, sprayer untuk mencampur obat dan vitamin dengan pakan, tangki untuk perendaman ikan, sikat untuk mencuci jaring, ember dan lain-lain.   
 

Pemilihan benih

Pertama yang perlu diperhatikan selain ketersediaan dana, fasilitas pemeliharaan, sistem transportasi, kondisi
lingkungan budidaya juga ukuran benih sangat menentukan, semakin kecil ukuran benih selain susah menanganinya juga sangat rentan terhadap serangan penyakit terutama penyakit virus VNN. Pada ukuran benih kecil susah untuk melihat cacat pada tubuhnya.
Yang terpenting dalam pemilihan benih adalah (1) tidak sakit atau membawa penyakit khususnya virus VNN. (2) bentuk badan normal (3) tidak mengkonsumsi pakan hidup, (4) pakan benih selalu dalam kondisi baik dengan kandungan nutrisi bagus. Berdasarkan tes dengan membiarkan ikan tanpa air yang telah dicoba  benih yang baik pada ukuran 5-6 cm  dapat bertahan hidup tanpa air antara 3- 3,5 menit. Ikan yang terserang virus, cacat dan kekurangan nutrisi mati saat dicoba, karena itu dianjurkan sebaiknya melihat langsung kondisi ikan di hatchery sebelum membeli.
Biasanya jika pada suatu hatchery ikan banyak yang mati besar kemungkinan terserang VNN. Pada kondisi yang normal benih di hatchery tidak banyak kematian akibat penyakit atau kanibalisme. Benih terserang VNN biasanya badan kehitaman dan selalu tiduran di dasar tangki.
            Pada budidaya ikan selama pemeliharaan biasanya ikan yang cacat kondisi-nya lemah dan mudah terserang penyakit. Serangan penyakit biasanya terjadi pada ikan yang cacat, kemudian berkembang secara intensif dan kemudian penyakit menular pada ikan yang sehat. Ikan yang cacat nampaknya juga mempunyai pertumbuhan yang lambat. Selain itu pada berat tubuh yang sama ikan tersebut mempunyai harga yang lebih murah bila dibanding dengan ikan yang normal.
Kebanyakan cacat tubuh yang dialami dari benih yang berasal dari hatchery  diantaranya cacat pada mulut, mulut  tidak simetris dan cacat lain  seperti gambar. 3 :
Mengetahui jenis pakan yang dipergunakan juvenil selama berada di hatchery adalah sangat penting. Untuk pemeliharaan ikan di KJA menggunakan pakan yang tidak hidup seperti, ikan rucah dan pellet kering. Jika di hatchery pemeliharaan benih menggunakan pakan hidup seperti rebon (mysis) yang diambil dari tambak selain pakan yang tidak hidup, banih yang demikian tidak direkomendasikan  untuk dipakai pada pembesaran ikan. Meskipun nampaknya ikan makan pakan yang tidak hidup yang diberikan, tetapi besar kemungkinannya beberapa ikan hanya bisa makan pakan yang hidup. Ikan yang demikian nantinya akan mempunyai masalah yang serius di KJA.
Yang perlu diketahui bahwa benih yang dipelihara dengan pakan ikan rucah biasanya tidak bisa makan pelet kering. Jika pada pembesaran ikan budidaya menggunakan pelet sebagai pakan maka harus memilih benih yang telah terbiasa dengan pakan pellet, tetapi benih yang terbiasa makan pellet akan dengan mudah makan ikan rucah.
Benih dari hatchery yang diberi pakan rucah tanpa tambahan seperti vitamin mix atau pellet untuk pakan udang akan menghasilkan benih dengan kualitas yang kurang bagus. Benih yang demikian besar kemungkinannya akan mengalami masalah nutrisi dan banyak mengalami kematian selama transportasi.   
 
Penebaran
                 
Kondisi benih waktu datang dari transportasi adalah sangat menentukan kualitas benih. Jika benih lemah selama transportasi maka akan mudah terserang penyakit. Selama transportasi benih mendapatkan banyak stres maka harus menanganinya secara hati-hati. Dari penanganan baru datang ke dalam rakit dan aklimatisasi/ penyesuaian suhu waktu penebaran harus disesuaikan dengan lingkungan perairan.
            Karamba jaring apung yang telah ada adalah sumber penularan bibit penyakit terutama untuk ikan yang baru ditebar, karena itu harus dibuat satu sistem penebaran. Biasanya pada KJA skala usaha yang besar dipelihara ikan dengan berbagai umur/ generasi dengan beberapa jenis ikan itu adalah merupakan sumber penularan penyakit. Maka sebaiknya dibuat satu tempat pemeliharaan dengan umur dan jenis ikan yang sama. Untuk penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena pada sore ikan bisa mulai makan dan juga mempunyai waktu yang cukup untuk beradaptasi pada tempat yang baru sebelum malam.
            Untuk menambah kekebalan dan mengurangi stress benih ke dalam rakit (Ikeda, 1985) menyarankan untuk mencampur/ memperkaya makanan dengan vitamin C selama 5 – 7 hari, saat ikan baru disebar. Jika terdapat luka-luka dibadan pada benih harus dicegah dengan antibiotik dengan cara melalui makanan.


Manajement Pemeliharaan.
Perkiraan Padat Penebaran
Padat tebar pada pemeliharaan ikan akan mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup dan konversi pakan (FCR), jika padat penebaran tinggi, produksi tinggi per unit bisa dicapai dari biasanya, akan tetapi kemungkinan ikan akan lambat tumbuh, kelangsungan hidup rendah dan FCR menjadi tinggi. Kemungkinan terserang penyakit lebih besar.
Menurut penelitian padat tebar yang dilakukan oleh BBRPBL-Gondol, pada ikan dengan berat tubuh 50-150 g yang ditebar dengan kepadatan 40; 60 dan 80 ekor/m3 mempunyai pertumbuhan, kelangsungan hidup dan FCR yang tidak berbeda nyata. Akan tetapi mempunyai perbedaan yang nyata dengan padat tebar yang lebih rendah yaitu 20 ekor/m3. dimana pada padat tebar ini mempunyai pertumbuhan yang lebih kecil dan FCR yang lebih tinggi (Sutarmat, T 2004). Hal ini sesuai dengan sifat alami kerapu yang selalu bersembunyi di suatu tempat. Pada saat diberi makan kerapu menghampiri pakan, bergerombol dan bersembunyi diantara yang lain. Karena itu jika kepadatannya rendah biasanya ikan kerapu ketakutan untuk menghampiri pakan sehingga tidak bisa makan dengan baik. Karena itu pada kepadatan sangat rendah juga bermasalah.

Kepadatan tebar yang disarankan untuk kerapu cantang.

Berat ikan (g)
Kepadatan ikan (ekor/m3)
5 - 10
150 - 200
10 - 50
80 - 100
50 - 150
30 - 40
150 - 500
15 - 20

 Pemberian pakan
Jika menggunakan ikan rucah sebagai pakan agar tidak kesulitan untuk mendapatkan pakan secara kontinyu  pemilihan lokasi untuk budidaya adalah sangat penting. Kualitas ikan rucah yang jelek ditandai dengan ikan yang membusuk, bau yang tidak sedap dan ikan yang telah teroksidasi sebaiknya tidak digunakan sebagai pakan.
Untuk mencegah masalah kekurangan nutrisi dan kematian secara mendadak dikarenakan kualitas pakan rucah yang tidak bagus, dianjurkan untuk menambah/ memberi vitamin mix pada ikan rucah secara terus menerus sebelum pemberian pakan.
Hal penting yang harus dilakukan adalah memilih ikan rucah beberapa  ikan seperti lemuru dan teri yang mempunyai enzim theamimase yang dapat merusak theamine (vitamin B1). Jika secara terus menerus pada pemeliharaan kerapu hanya memakai jenis ikan  tersebut kerapu akan menderita kekurangan  vitamin B1
Ikan rucah segar mempunyai kualitas nutrisi yang lebih baik dari ikan rucah yang telah dibekukan, akan tetapi harus diingat ikan rucah segar yang langsung diberikan sebagai pakan mempunyai resiko yang tinggi sebagai sumber penularan bibit penyakit pada ikan budidaya FCR untuk ikan rucah adalah 5-6: yang berarti untuk memproduksi 1 kg kerapu bebek memerlukan 5-6 kg pakan ikan rucah.
Metode pemberian pakan ikan rucah pada ikan kerapu


Ukuran ikan
(g)
Rata-rata pakan per hari*
(%)
Frekwensi pemberian pakan
(kali)
5 - 10
15 – 20
3 - 4
10 - 50
10 – 15
2 - 3
50 - 150
8 – 10
1 - 2
150 - 300
6 – 8
1
300 - 600
4 – 6
1

* Pemberian pakan : pemberian pakan sesuai dengan prosentasi berat ikan.

Manajemen Pemeliharaan yang Lain
1.      Pengelolaan Jaring
            Di dalam air laut jaring cepat tersumbat dengan lumpur  dan penempelan organisme lain seperti alga dan kepiting. Untuk menjaga agar sirkulasi air berjalan lancar di dalam jaring maka harus sering diadakan pergantian jaring dan dicuci. Ini adalah salah satu cara pengelolaan untuk menjaga kesehatan ikan khususnya mencegah penyakit yang disebabkan parasit
            Jarak waktu penggantian jaring tergantung dari kondisi perairan tempat pemeliharaan, seperti jaring diganti setiap 3-7 minggu, tergantung dari kondisi tempat pemeliharaan dan organisme. Pada jaring dengan mata yang kecil lebih cepat terjadi penyumbatan.
            Jika jaring kotor harus dicuci di tempat pencucian jaring yang telah tersedia. Setelah dicuci jaring dikeringkan dengan dijemur sempurna di bawah sinar matahari untuk membunuh penyakit khususnya telur-telur parasit yang menempel pada jaring.
Yang harus diingat saat pergantian jaring adalah pada waktu kondisi ikan dalam keadaan sehat. Biasanya saat perendaman dengan air tawar untuk menghilangkan parasit pada saat itu juga dipakai untuk memisahkan ikan yang kecil dan lemah untuk disimpan pada jaring yang lain pada waktu yang sama dilakukan monitoring pertumbuhan ikan dengan cara menimbang berat badan ikan.
2. Seleksi Ikan (grading)
            Kerapu cantang  memiliki sifat kanibalisme seperti ikan kerapu yang lain.  memiliki variasi ukuran yang besar selama pemeliharaan, pertumbuhan ikan yang kecil ukurannya akan terlambat dari ikan seumurannya. Setelah dua minggu ikan ditebar harus diadakan penyeleksian untuk dipilih. Seleksi ikan perlu dilakukan paling sedikit satu bulan sekali bersamaan setelah dilakukan pergantian jaring.
3. Pengamatan Pertumbuhan Ikan
            Pengamatan pertumbuhan ikan adalah salah satu aktivitas pengelolaan untuk kesehatan, karena ikan dengan kondisi kurang sehat mempunyai pertumbuhan yang kurang. Selain itu dengan mengetahui berat ikan memudahkan pemberian obat melalui pakan. Karena itu berat ikan harus diketahui untuk menghitung jumlah obat yang diberikan.
            Untuk mengetahui berat rata-rata ikan dengan cara menimbang 10-30 ekor ikan secara bersamaan kemudian dirata-rata. 
4. Pengendalian Penyakit dan penanggulangannya.
            Prinsip yang dilakukan dalam pengendalian penyakit adalah “deteksi secara dini dan ambil tindakan secara cepat”. Teknisi yang sudah terlatih dan berpengalaman sangat membantu dalam penerapan prinsip ini. Sebagai tambahan, pengelolaan usaha budidaya yang baik, terutama persiapan secara baik, mendukung terwujudnya prinsip ini. Di KJA, seluruh obat-obatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk treatmen selalu disimpan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi setiap saat.
PANEN
Kerapu cantang mulai siap dipanen setelah mencapai ukuran berat 500 gr keatas. jika ukuran berat kurang adari 500 g mempunyai harga yang sangat rendah. Sebelum panen pemilihan harus dilakukan untuk memilih kualitas ikan. Jika terjadi kematian selama transportasi setelah panen itu berarti selama pemeliharaan ikan kekurangan nutrisi. Sebelum panen ikan harus dipuasakan selama 1-2 hari untuk mencegah terjadinya rusak kerusakan kualitas air akibat muntah dan excresi yang dikeluarkan.
 
 

ANALISIS USAHA


Komponen penting dalam analisis usaha adalah biaya investasi, biaya tetap dan biaya variable atau tidak tetap. Analisis usaha akan sangat dipengaruhi oleh harga pasar pada saat itu dan di lokasi tertentu Sedangkan harga pasar sendiri akan berbeda di satu lokasi dengan lokasi yang lain. Oleh karena itu analisis usaha yang dilakukan dengan kondisi di wilayah Serang, sebagai acuan karena nilainya bisa berubah.
perhitungan 1 unit KJA @ 4 lubang dengan sistim kerjasama 35% (yg punya KJA) 65% (yangpunya modal).
  1. 1 lubang @ 1000 ekor x 4 lubang = 4000 ekor
  2. 1000/cm x 10 cm x 4000 ekor = Rp 40. 000.000
  3. Perkiraan panen SR (%) 75 = 3000 ekor
  4. ukuran panen 600 gr x 3000 ekor = 1.800 kg (panen 1 siklus)
  5. FCR 1 : 4 (1.800 kg x 4 = 7,200 kg Pakan)
  6. Biaya Pakan 4000/kg x 7.200 = 28.800.000
  7. Gaji karyawan 1 bulan 1.000.000 x 6 bulan = 6.000.000
  8. Biaya lain -lain = 8.000.000
  9. Total Biaya Operasional (40.000.000 + 28.800.000 + 6.000.000 + 8.000.000 = 88.200.000)
  10. Hasil Penjualan 1800 kg x 100.000 = 180.000.000
  11. Keuntungan sebelum bonus karyawan ( 180.000.000 - 88.200.000 = 91.800.000)
  12. Bonus karyawan 10% dari keuntungan= 9.180.000
  13. Keuntungan bersih = 82.620.000
  14. Bagi Hasil 82.620.000 (35% yangpunya KJA dan 65% yang punya modal.
 
 
Dibawah Ini Gambar Gambar tentang KJA :

Gambar : Kerangka KJA
Gambar : Pemotongan Ikan Rucah 
Gambar. Pemberian Pakan

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar