Budidaya Ikan Kerapu Cantang di Keramba Jaring Apung (KJA)
Indonesia
sebagai negara kepulauan memiliki perairan yang sangat luas dengan
panjang garis pantai 81.000 km dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas
5.800.000 km2. Menurut Ditjen Perikanan, dengan luas
perairan tersebut potensi produksi perikanan Indonesia dapat mencapai
6,7 juta ton ikan per tahun. Namun produksi perikanan secara nasional
baru terealisasi rata-rata sebesar 45% atau sekitar 3 juta ton ikan per
tahun.
Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan karang yang menjadi salah
satu komoditas ekspor dan belum dimanfaatkan secara penuh. Indonesia
adalah produsen utama kerapu dimana tiap tahunnya mengalami
peningkatan permintaan. Dengan naiknya permintaan, maka meningkat pula
aktivitas penangkapan di alam sehingga lambat laun ketersediaan ikan
tersebut di alam menjadi habis. Berkembangnya pasar ikan kerapu dunia
karena adanya perubahan selera konsumen dari ikan mati dan beku ke
ikan yang masih hidup, mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan
ikan kerapu melalui usaha budidaya.
Ikan kerapu memiliki banyak jenis antara lain Kerapu Tikus, Kerapu
Macan, Kerapu Kertang, Kerapu Lumpur. Perekayasaan hibridisasi ikan
kerapu antara ikan kerapu macan betina dan kerapu kertang jantan telah
menghasilkan satu varietas baru, bernama ikan kerapu cantang yang
secara morfologis mirip dengan kedua spesies induknya, sedangkan
pertumbuhannya lebih baik daripada ikan kerapu macan dan kerapu kertang
itu sendiri. Selain itu, kerapu cantang memiliki keunggulan lain yaitu
memiliki ketahanan terhadap penyakit lebih baik dan lebih toleransi
terhadap lingkungan kurang layak dan ruang yang sempit.
Pengembangan budidaya sistem keramba jaring apung (KJA) mempunyai
kelebihan antara lain rendahnya biaya operasional, teknologi budidaya
yang relatif sederhana dan mudah diadaptasikan pada masyarakat nelayan
maupun pembudidaya secara luas. Dengan begitu, produksi ikan dapat
dengan mudah dipasarkan dalam keadaan hidup. Kondisi ini merupakan
peluang yang harus dimanfaatkan guna meningkatkan taraf hidup
masyarakat pesisir, nelayan, pembudidaya ikan dan para pelaku bisnis
perikanan.
Lokasi Budidaya Ikan Kerapu di KJA
Pemeliharaan ikan kerapu dapat dilakukan
di keramba jaring apung (KJA). Ikan kerapu hidup pada media air laut,
sehingga keramba jaring apungnya harus ditempatkan di laut. Lokasi yang
cocok untuk keramba jaring apung di laut adalah :
- KJA harus ditempatkan pada lokasi yang perairannya tenang (teluk terlindung, atau antara pulau-pulau) dengan arus air yang agak tenang/memedahi. Alur kapal harus disediakan untuk operasi pemeliharaan.
- Kedalaman air pada saat surut minimal 3 meter ( idealnya , 15-30 meter). Lokasi KJA harus mempunyai pertukaran air (arus) air yang baik, tidak terjadi pengadukan air pada kedalaman tertentu. Kecepatan arus paling tidak 0.1 meter per detik.
- Dasar perairan sebaiknya batu berpasir. Lokasi KJA sebaiknya jauh dari padang lamun atau karang hidup, untuk mrenghindari dampak negatif KJA pada lingkungan sekitar.
- Lingkungan sekitar harus mendukung kegiatan KJA, ruangan yang cukup untuk pemeliharaan jaring, pakan, gudang peralatan, produk pasca panen dan tempat tambat kapal dan semua fasilitas tersebut harus terpadu.
- Bukan merupakan wilayah pelayarn (kapal nelayan, kapal tangker dll)
- Salinitas air laut 29 - 32 ppt.
Beberapa ukuran mata jaring yang berbeda harus disiapkan selama
pemeliharaan ikan. Polyethylene (PE) adalah bahan yang baik untuk
jaring. Pemakaian jaring tanpa simpul dianjurkan untuk menghindari luka
pada ikan terutama benih yang baru masuk. Pemakaian jaring dengan simpul
tidak masalah jika penanganan ikan dengan cara hati-hati. Stok jaring
cadangan sebagai pengganti secara rutin harus dipersiapkan untuk
memudahkan operasional.
Berat ikan
(g)
|
Ukuran jaring
(m)
|
Ukuran mata jaring
(inc)
|
Jumlah benang
|
Periode
(bulan)
|
4-10
|
2 x 2 x 2
|
0.5
|
8-10
|
1
|
10-50
|
3 x 3 x 2.5
|
0.75
|
10-12
|
3
|
50-150
|
4 x 4 x 3
|
1
|
12-14
|
3-4
|
150-500
|
4 x 4 x 3
|
1.5
|
16-20
|
9-10
|
> 500
|
4 x 4 x 3
|
2
|
20-24
|
---
|
Persiapan Perlengkapan
Selain rakit terdapat beberapa perlengkapan yang harus disiapkan untuk
memudahkan mengoperasikan selama pemeliharaan. Di bawah ini beberapa
perlengkapan penting yang diperlukan:
a. Perahu
: sebuah perahu yang agak besar yang dipergunakan untuk mengangkut
juvenile/ benih, pakan, jaring, hasil panen dan sebagainya.
b. Freezer
dan kulkas : untuk menyimpan pakan, obat-obatan, bahan aditif seperti
vitamin, perlengkapan tersebut bisa disimpan di daratan unuk tempat
mensupport kegiatan di KJA. Jika menggunakan pakan pelet kering freezer
tidak begitu diperlukan
c. Generator: beberapa peralatan di KJA memerlukan listrik, sehingga keberadaan generator harus ada di KJA.
d. Aerator : Diperlukan selama treatment ikan dengan perendaman air tawar atau obat-obatan untuk menanggulangi penyakit.
e. Mesin
penyemprot jaring untuk mempercepat pembersihan jaring sehingga
pengantian jaring yang kotor selama pemeliharaan bisa cepat diganti.
f. Para
net penutup jaring : Untuk mengurangi sinar matahari masuk dalam
jaring. Untuk penutup ini bisa dipakai material yang lain.
g. Peralatan
yang lain: Beberapa perlengkapan yang diperlukan untuk kegiatan
sehari-hari diantaranya serok dengan berbagai ukuran (tanpa simpul),
timbangan untuk menimbang ikan, sprayer untuk mencampur obat dan vitamin
dengan pakan, tangki untuk perendaman ikan, sikat untuk mencuci jaring,
ember dan lain-lain.
Pemilihan benih
Pertama
yang perlu diperhatikan selain ketersediaan dana, fasilitas
pemeliharaan, sistem transportasi, kondisi
lingkungan budidaya juga
ukuran benih sangat menentukan, semakin kecil ukuran benih selain susah menanganinya juga sangat rentan terhadap serangan penyakit terutama
penyakit virus VNN. Pada ukuran benih kecil susah untuk melihat cacat
pada tubuhnya.
Yang
terpenting dalam pemilihan benih adalah (1) tidak sakit atau membawa
penyakit khususnya virus VNN. (2) bentuk badan normal (3) tidak
mengkonsumsi pakan hidup, (4) pakan benih selalu dalam kondisi baik
dengan kandungan nutrisi bagus. Berdasarkan tes dengan membiarkan ikan
tanpa air yang telah dicoba benih yang baik pada ukuran 5-6 cm dapat
bertahan hidup tanpa air antara 3- 3,5 menit. Ikan yang terserang virus,
cacat dan kekurangan nutrisi mati saat dicoba, karena itu dianjurkan
sebaiknya melihat langsung kondisi ikan di hatchery sebelum membeli.
Biasanya
jika pada suatu hatchery ikan banyak yang mati besar kemungkinan
terserang VNN. Pada kondisi yang normal benih di hatchery tidak banyak
kematian akibat penyakit atau kanibalisme. Benih terserang VNN biasanya
badan kehitaman dan selalu tiduran di dasar tangki.
Pada budidaya ikan selama pemeliharaan biasanya ikan yang cacat
kondisi-nya lemah dan mudah terserang penyakit. Serangan penyakit
biasanya terjadi pada ikan yang cacat, kemudian berkembang secara
intensif dan kemudian penyakit menular pada ikan yang sehat. Ikan yang
cacat nampaknya juga mempunyai pertumbuhan yang lambat. Selain itu pada
berat tubuh yang sama ikan tersebut mempunyai harga yang lebih murah
bila dibanding dengan ikan yang normal.
Kebanyakan
cacat tubuh yang dialami dari benih yang berasal dari hatchery
diantaranya cacat pada mulut, mulut tidak simetris dan cacat lain
seperti gambar. 3 :
Mengetahui
jenis pakan yang dipergunakan juvenil selama berada di hatchery adalah
sangat penting. Untuk pemeliharaan ikan di KJA menggunakan pakan yang
tidak hidup seperti, ikan rucah dan pellet kering. Jika di hatchery
pemeliharaan benih menggunakan pakan hidup seperti rebon (mysis) yang
diambil dari tambak selain pakan yang tidak hidup, banih yang demikian
tidak direkomendasikan untuk dipakai pada pembesaran ikan. Meskipun
nampaknya ikan makan pakan yang tidak hidup yang diberikan, tetapi besar
kemungkinannya beberapa ikan hanya bisa makan pakan yang hidup. Ikan
yang demikian nantinya akan mempunyai masalah yang serius di KJA.
Yang
perlu diketahui bahwa benih yang dipelihara dengan pakan ikan rucah
biasanya tidak bisa makan pelet kering. Jika pada pembesaran ikan
budidaya menggunakan pelet sebagai pakan maka harus memilih benih yang
telah terbiasa dengan pakan pellet, tetapi benih yang terbiasa makan
pellet akan dengan mudah makan ikan rucah.
Benih
dari hatchery yang diberi pakan rucah tanpa tambahan seperti vitamin
mix atau pellet untuk pakan udang akan menghasilkan benih dengan
kualitas yang kurang bagus. Benih yang demikian besar kemungkinannya
akan mengalami masalah nutrisi dan banyak mengalami kematian selama
transportasi.
Penebaran
Kondisi
benih waktu datang dari transportasi adalah sangat menentukan kualitas
benih. Jika benih lemah selama transportasi maka akan mudah terserang
penyakit. Selama transportasi benih mendapatkan banyak stres maka harus
menanganinya secara hati-hati. Dari penanganan baru datang ke dalam
rakit dan aklimatisasi/ penyesuaian suhu waktu penebaran harus
disesuaikan dengan lingkungan perairan.
Karamba jaring apung yang telah ada adalah sumber penularan bibit
penyakit terutama untuk ikan yang baru ditebar, karena itu harus dibuat
satu sistem penebaran. Biasanya pada KJA skala usaha yang besar
dipelihara ikan dengan berbagai umur/ generasi dengan beberapa jenis
ikan itu adalah merupakan sumber penularan penyakit. Maka sebaiknya
dibuat satu tempat pemeliharaan dengan umur dan jenis ikan yang sama.
Untuk penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena pada
sore ikan bisa mulai makan dan juga mempunyai waktu yang cukup untuk
beradaptasi pada tempat yang baru sebelum malam.
Untuk menambah kekebalan dan mengurangi stress benih ke dalam rakit
(Ikeda, 1985) menyarankan untuk mencampur/ memperkaya makanan dengan
vitamin C selama 5 – 7 hari, saat ikan baru disebar. Jika terdapat
luka-luka dibadan pada benih harus dicegah dengan antibiotik dengan cara
melalui makanan.
Manajement Pemeliharaan.
Perkiraan Padat Penebaran
Padat
tebar pada pemeliharaan ikan akan mempengaruhi pertumbuhan,
kelangsungan hidup dan konversi pakan (FCR), jika padat penebaran
tinggi, produksi tinggi per unit bisa dicapai dari biasanya, akan tetapi
kemungkinan ikan akan lambat tumbuh, kelangsungan hidup rendah dan FCR
menjadi tinggi. Kemungkinan terserang penyakit lebih besar.
Menurut
penelitian padat tebar yang dilakukan oleh BBRPBL-Gondol, pada ikan
dengan berat tubuh 50-150 g yang ditebar dengan kepadatan 40; 60 dan 80
ekor/m3 mempunyai pertumbuhan, kelangsungan hidup dan FCR
yang tidak berbeda nyata. Akan tetapi mempunyai perbedaan yang nyata
dengan padat tebar yang lebih rendah yaitu 20 ekor/m3. dimana
pada padat tebar ini mempunyai pertumbuhan yang lebih kecil dan FCR
yang lebih tinggi (Sutarmat, T 2004). Hal ini sesuai dengan sifat alami
kerapu yang selalu bersembunyi di suatu tempat. Pada saat diberi makan
kerapu menghampiri pakan, bergerombol dan bersembunyi diantara yang
lain. Karena itu jika kepadatannya rendah biasanya ikan kerapu ketakutan
untuk menghampiri pakan sehingga tidak bisa makan dengan baik. Karena
itu pada kepadatan sangat rendah juga bermasalah.
Jika
menggunakan ikan rucah sebagai pakan agar tidak kesulitan untuk
mendapatkan pakan secara kontinyu pemilihan lokasi untuk budidaya
adalah sangat penting. Kualitas ikan rucah yang jelek ditandai dengan
ikan yang membusuk, bau yang tidak sedap dan ikan yang telah teroksidasi
sebaiknya tidak digunakan sebagai pakan.
Untuk
mencegah masalah kekurangan nutrisi dan kematian secara mendadak
dikarenakan kualitas pakan rucah yang tidak bagus, dianjurkan untuk
menambah/ memberi vitamin mix pada ikan rucah secara terus menerus
sebelum pemberian pakan.
Hal penting yang harus dilakukan adalah memilih ikan rucah beberapa ikan seperti lemuru dan teri yang mempunyai enzim theamimase yang dapat merusak theamine
(vitamin B1). Jika secara terus menerus pada pemeliharaan kerapu hanya
memakai jenis ikan tersebut kerapu akan menderita kekurangan vitamin
B1
Ikan
rucah segar mempunyai kualitas nutrisi yang lebih baik dari ikan rucah
yang telah dibekukan, akan tetapi harus diingat ikan rucah segar yang
langsung diberikan sebagai pakan mempunyai resiko yang tinggi sebagai
sumber penularan bibit penyakit pada ikan budidaya FCR untuk ikan rucah
adalah 5-6: yang berarti untuk memproduksi 1 kg kerapu bebek memerlukan
5-6 kg pakan ikan rucah.
Metode pemberian pakan ikan rucah pada ikan kerapu
* Pemberian pakan : pemberian pakan sesuai dengan prosentasi berat ikan.
|
Manajemen Pemeliharaan yang Lain
1. Pengelolaan Jaring
Di dalam air laut jaring cepat tersumbat dengan lumpur dan penempelan
organisme lain seperti alga dan kepiting. Untuk menjaga agar sirkulasi
air berjalan lancar di dalam jaring maka harus sering diadakan
pergantian jaring dan dicuci. Ini adalah salah satu cara pengelolaan
untuk menjaga kesehatan ikan khususnya mencegah penyakit yang disebabkan
parasit
Jarak waktu penggantian jaring tergantung dari kondisi perairan tempat
pemeliharaan, seperti jaring diganti setiap 3-7 minggu, tergantung dari kondisi tempat pemeliharaan dan organisme.
Pada jaring dengan mata yang kecil lebih cepat terjadi penyumbatan.
Jika jaring kotor harus dicuci di tempat pencucian jaring yang telah
tersedia. Setelah dicuci jaring dikeringkan dengan dijemur sempurna di
bawah sinar matahari untuk membunuh penyakit khususnya telur-telur
parasit yang menempel pada jaring.
Yang
harus diingat saat pergantian jaring adalah pada waktu kondisi ikan
dalam keadaan sehat. Biasanya saat perendaman dengan air tawar untuk
menghilangkan parasit pada saat itu juga dipakai untuk memisahkan ikan
yang kecil dan lemah untuk disimpan pada jaring yang lain pada waktu
yang sama dilakukan monitoring pertumbuhan ikan dengan cara menimbang
berat badan ikan.
2. Seleksi Ikan (grading)
Kerapu cantang memiliki sifat kanibalisme seperti ikan kerapu yang
lain. memiliki variasi ukuran yang besar selama
pemeliharaan, pertumbuhan ikan yang kecil ukurannya akan terlambat dari
ikan seumurannya. Setelah dua minggu ikan ditebar harus diadakan
penyeleksian untuk dipilih. Seleksi ikan perlu dilakukan paling sedikit
satu bulan sekali bersamaan setelah dilakukan pergantian jaring.
3. Pengamatan Pertumbuhan Ikan
Pengamatan pertumbuhan ikan adalah salah satu aktivitas pengelolaan
untuk kesehatan, karena ikan dengan kondisi kurang sehat mempunyai
pertumbuhan yang kurang. Selain itu dengan mengetahui berat ikan
memudahkan pemberian obat melalui pakan. Karena itu berat ikan harus
diketahui untuk menghitung jumlah obat yang diberikan.
Untuk mengetahui berat rata-rata ikan dengan cara menimbang 10-30 ekor ikan secara bersamaan kemudian dirata-rata.
4. Pengendalian Penyakit dan penanggulangannya.
Prinsip yang dilakukan dalam pengendalian
penyakit adalah “deteksi secara dini dan ambil tindakan secara cepat”.
Teknisi yang sudah terlatih dan berpengalaman sangat membantu dalam
penerapan prinsip ini. Sebagai tambahan, pengelolaan usaha budidaya yang
baik, terutama persiapan secara baik, mendukung terwujudnya prinsip
ini. Di KJA, seluruh obat-obatan dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk treatmen selalu disimpan untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapi setiap saat.
PANEN
Kerapu cantang mulai siap dipanen setelah mencapai ukuran berat 500 gr keatas. jika
ukuran berat kurang adari 500 g mempunyai harga yang sangat rendah.
Sebelum panen pemilihan harus dilakukan untuk memilih kualitas ikan.
Jika terjadi kematian selama transportasi setelah panen itu berarti
selama pemeliharaan ikan kekurangan nutrisi. Sebelum panen ikan harus
dipuasakan selama 1-2 hari untuk mencegah terjadinya rusak kerusakan
kualitas air akibat muntah dan excresi yang dikeluarkan.
ANALISIS USAHA
Komponen
penting dalam analisis usaha adalah biaya investasi, biaya tetap dan
biaya variable atau tidak tetap. Analisis usaha akan sangat dipengaruhi
oleh harga pasar pada saat itu dan di lokasi tertentu Sedangkan harga
pasar sendiri akan berbeda di satu lokasi dengan lokasi yang lain. Oleh
karena itu analisis usaha yang dilakukan dengan kondisi di wilayah Serang,
sebagai acuan karena nilainya bisa berubah.
perhitungan 1 unit KJA @ 4 lubang dengan sistim kerjasama 35% (yg punya KJA) 65% (yangpunya modal).
- 1 lubang @ 1000 ekor x 4 lubang = 4000 ekor
- 1000/cm x 10 cm x 4000 ekor = Rp 40. 000.000
- Perkiraan panen SR (%) 75 = 3000 ekor
- ukuran panen 600 gr x 3000 ekor = 1.800 kg (panen 1 siklus)
- FCR 1 : 4 (1.800 kg x 4 = 7,200 kg Pakan)
- Biaya Pakan 4000/kg x 7.200 = 28.800.000
- Gaji karyawan 1 bulan 1.000.000 x 6 bulan = 6.000.000
- Biaya lain -lain = 8.000.000
- Total Biaya Operasional (40.000.000 + 28.800.000 + 6.000.000 + 8.000.000 = 88.200.000)
- Hasil Penjualan 1800 kg x 100.000 = 180.000.000
- Keuntungan sebelum bonus karyawan ( 180.000.000 - 88.200.000 = 91.800.000)
- Bonus karyawan 10% dari keuntungan= 9.180.000
- Keuntungan bersih = 82.620.000
- Bagi Hasil 82.620.000 (35% yangpunya KJA dan 65% yang punya modal.
Dibawah Ini Gambar Gambar tentang KJA :
Gambar : Kerangka KJA
Gambar : Pemotongan Ikan Rucah
Gambar. Pemberian Pakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar