kustangpost.com Ikan kerapu merupakan komoditas perdagangan internasional yang
harganya mahal dan permintaannya tinggi. Sebagian besar produksi ikan
kerapu dari Indonesia adalah hasil tangkapan alam. Namun, seiring dengan
terjadinya penurunan kualitas perairan dan overfishing, maka telah
terjadi peurunan hasil tangkapan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan ikan
kerapu, maka upaya peningkatan dari hasil budidaya sudah harus mulai
digalakkan. Ikan kerapu adalah komoditas unggulan ekspor non migas
Indonesia, disamping rumput laut, udang dan tuna. Indonesia merupakan
eksportir kerapu terbesar dunia, terutama ekspor kerapu hidup (life
fish). Tahun 2000 Indonesia mulai mengekspor kerapu dari hasil budidaya
sebesar 9,38% dari kebutuhan Hong Kong. Hong Kong merupakan pasar tujuan
ekspor kerapu hidup terbesar dunia disamping China, Taiwan, Jepang,
Thailand, Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, Eropa dan Australia.
Terdapat tujuh genus ikan kerapu yang tersebar di perairan Indonesia,
yaitu Aethaloperca, Anyperodon, Cephalopholis, Chromileptes,
Epinephelus, Plectropomus dan Variola. Dari 7 genus kerapu tersebut
tidak semua dapat dibudidayakan dengan baik. Jenis komoditas kerapu yang
telah dibudidayakan dan mempunyai nilai ekonomis antara lain adalah
kerapu bebek/tikus (Chromileptes altivelis), kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus), kerapu lumpur (E. Coioides), kerapu kertang (E.
Lanceolatus) dan beberapa jenis kerapu hibrid. Jenis kerapu yang banyak
dibudidayakan saat ini adalah kerapu bebek, kerapu macan dan kerapu
hibrid. Kerapu bebek memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi
dibandingkan dengan kerapu lainnya, karena harganya lebih tinggi,
sekitar Rp 350.000 - Rp 450.000 per kilogram di tingkat Pembudidaya.
Gambar 1. Ikan Kerapu
Bebek (Chromileptes altivelis)
Pemanfaatan lahan budidaya kerapu di
Indonesia belum optimal, dari luas lahan potensi budidaya Ha, yang
dimanfaatkan baru Ha (1,21%). Kecilnya pemanfaatan potensi ini
disebabkan beberapa hal, diantaranya kurang tersedianya benih karena
belum dikuasainya teknologi benih dengan baik, besarnya modal yang
diperlukan untuk usaha budidaya, sulitnya mengubah kebiasaan dari
menangkap menjadi budidaya dan besarnya resiko dalam usaha budidaya..
1. Pemilihan lokasi
Salah satu kegiatan yang sangat mempengaruhi keberhasilan usaha
pendederan ikan kerapu ditambak adalah pemilihan lokasi. Kesalahan dalam
menentukan lokasi dapat berakibat fatal bagi usaha pendederan ikan
kerapu. Pemilihan lokasi tambak untuk pendederan ikan kerapu harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Lokasi tambak harus bebas dari banjir, tetapi harus mudah untuk sirkulasi air petakan
2. Lokasi harus terhindar dari pengaruh berbagai cemaran seperti logam berat, pestisida, minyak, sampah dan limbah industri.
3. Kondisi tanah dapat menahan air sehingga tidak mudah longsor.
Tanah paling cocok adalah tanah liat bercampur endapan dan sedikit
berpasir.
4. mudah diperoleh sarana dan prasarana.
5. tersedianya pakan alami
5. Lokasi tambak harus memenuhi syarat fisik dan kimia air seperti:
- Salinitas : 15-35 ppt
- Suhu : 27-32derajat celcius
- DO : tdk lebih dari 4 ppm
- Amonia dan nitrit air : < 0,1 ppm
2. Tahap persiapan
2.1 Persiapan Tambak
Kontruksi tambak tempat pemeliharaan ikan kerapu harus sesuai dengan
kondisi lingkungan yang ada. Kesalahaan dalam pembuatan kontruksi bisa
berakibat fatal. Secara keseluruhan kontruksi tambak yang cocok untuk
budidaya ikan kerapu tidak berbeda jauh dengan kontruksi tambak untuk
budidaya udang. Beberapa hal yang perlul diperhatikan dalam pembuatan
kontruksi petakan tambak untuk pendederan ikan kerapu diantaranya adalah
:
- Besar petakan sebaiknya tidak kurang dari 2500 m² besar petakan erat hubungannya dengan ketersediaan oksigen terlarut.
- Pematang petakan tambak harus benar-benar kuat demi mempertahankan tekanan air.
Kedalaman tambak minimal 1 meter
Kegiatan persiapan tambak yang perlu dilakukan sebelum penebaran benih kerapu adalah:
- Pengeringan petakan, seperti yang biasa dilakukan dalam pembesaran udang.
- Perlu dilakukan pengapuran dasar tambak untuk membuat pH tanah stabil (Ph yang diusahakan 6-7)
- Pemupukan tidak begitu mutlak dilakukan karena plankton tidak begitu pengaruh pada pertumbuhan kerapu.
2.2 pemasukan air tambak
Setelah dilakukan pemilihan lokasi sampai dengan persiapan tambak
kemudian kita lakukan pengisian air tambak setinggi 1m (dianjurkan
1,5m). pemasukan air tambak dilakukan dengan pompa submarsible, air di
pompa dari tandon dan langsung dimasukkan ke tambak kerapu. Adapun
kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan pada ikan kerapu macan adalah
salinitas:15-35 ppt, suhu air : 27-32 , DO 4 ppm, pH 6-7, amonia dan
nitrit air < 0,1 ppm
2.3 Persiapan Rakit dan Waring Nylon
Setelah petak siap kegiatan selanjutnya adalah pembuatan kontruksi
rakit guna untuk tempat mengikat jaring sebagai tempat pendederan.
Kontruksi rakit juga harus dibuat yang kuat, tahan lebih dari 1 tahun.
Rakit terbuat dari bambu, pendederan dilakukan dengan menggunakan waring
nylon yang berukuran (1m x 1m x 2m).
3 Penebaran benih
3.1 kriteria benih
Pendederan ikan kerapu ditambak akan berhasil dengan baik dalam arti
tumbuh cepat dan kelangsungan hidup tinggi bila pemilihan benih yang
bermutu, ukuran benih yang ditebar cukup minimal 2,5 cm, tidak cacat,
sehat dan kepadatanpenebaran sesuai. Beberapa jenis ikan kerapu yang
potensial untuk dibesarkan dalam petakan tambak diantaranya ikan kerapu
tikus, mengingat sifat biologinya cocok untuk dibudidayakan dalam
petakan tambak yang bersalinitas sedang sampai tinggi ( 20-35 ) dengan
air laut yang jernih. Sedangkan untuk jenis ikan kerapu macan , lumpur
relativ cocok dibudidayakan dalam tambak dengan salinitas air rendah
sampai tinggi ( 15-30 ppt ).
3.2 Sumber benih dan transportasi benih
Benih tikus macan ini bersumber dari hatchery yang telah berhasil
dalam pembenihannya khususnya ikan air laut. Kebetulan benih ini dapat
dari hatchery skala besar / HSRT SBB 88 di daerah Situbond, Jawa
Timur yang merupakan penghasil benih-benih unggul diantara wilayah pulau
jawa lainnya. Sedangkan pengangkutan dengan cara benih dipacking terlebih dahulu
kemudian dibawa ketambak,sampai ketujuan perjalanan menghabiskan waktu sekitar 2 jam.
3.3 Aklimatisasi
Penebaran benih merupakan langkah awal dari kegiatan pendederan.
Penebaran dilakukan dengan cara mengaklimatisasikan benih terlebih
dahulu dalam kantong jaring pendederan. Kantong tersebut dibiarkan
selama 15-30 menit agar perbedaan suhu di dalam kantong plastik dengan
di dalam lokasi pendederan tidak terlalu mencolok. Kemudian kantong
plastik kita buka perlahan sedikit demi sedikit dan kita masukan air
tambak sedikit-sedikit ke dalam kantong plastik agar suhu dan
salinitasnya sama.
3.4 Ukuran dan Padat Penebaran
Pendederan ikan kerapu ditambak akan berhasil,
tumbuh cepat dan kelangsungan hidup tinggi bila pemilihan benih yang
bermutu. Ukuran benih pendederan ikan karapu sebaiknya 2,5 cm. Padat
penebaran di tiap-tiap jaring/waring yang berukuran (1m 1m 2m).
Dilakukan penebaran dengan kepadatan 600 ekor/happa, sedangkan pada
penebaran kedua padat penebaran ditiap-tiap waring adalah 1200
ekor/happa pemilihan benih yang ditebar dihindari dari benih yang
terbiasa makan rebon, tetapi harus benih yang sudah terbiasa dengan
pakan buatan (pellet). Benih yang terbiasa di beri pakan rebon, pada
saat dipelihara di jaring/waring akan cenderung susah mengkonsumsi pakan
mati dan sifat kanibalismenya tinggi.
4.4 Pakan dan pemberian pakan
4.1 Jenis pakan
Pakan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang
kegiatan pendederan. Pakan yang digunakan sebaiknya kandungan proteinnya
tinggi. Pakan yang digunakan adalah pakan buatan Komersil pabrik dengan
kandungan protein tinggi, adapun protein pakan dapat dilihat pada bawah
ini ;
- Air : Max. 12%
- Protein Kasar : Max. 50%
- Lemak Kasar : Max. 8%
- Serat Kasar : Max. 3%
- Abu : Max. 15%
4.2 Pemberian Pakan
Teknik pemberian pakan yang dilakukan dengan cara adlibitum (sampai
kenyang) dengan frekwensi sebanyak 5 kali sehari yaitu sekitar pukul
08.00, 10.00, 14.00, 16.00 dan 18.00. pemberian pakan ini dilakukan
untuk menimalisasikan kanibalisme yang merupakan salah satu faktor
mortalitas terbesar dalam pendederan ikan kerapu.
4.3 Grading (Pemilihan Ukuran)
Grading adalah salah satu cara yang mutlak dilakukan selama
kegiatan pendederan berlangsung. Grading dilakukan untuk memilih benih
yang seragam. Selain itu, tujuan lain dari grading adalah untuk
mengurangi sifat kanibal. Sifat kanibalisme muncul apabila terdapat
perbedaan ukuran dan kekurangan pakan. Selain itu, terjadi pula variasi
ukuran maka ikan akan terjadi persaingan antara ikan kecil dan ikan
besar.
Grading/pemilihan benih dapat dilakukan secara manual dengan cara
tangan, piring plastik dan gayung plastik. Cara ini hanya efektif
apabila dilakukan dengan jumlah benih yang sedikit.grading dilakukan 5-6
hari sekali dan dilakukan pada pagi atau sore hari agar tehindar dari
stres. Adapun alat-alat yang dibutuhkan pada saat grading adalah:
keranjang Tudung saji, Pengukur panjang (dari paralon), sterefoom ukuran
besar, ayakan benih (grading ukuran), piring hitung, pompa aquarium.
4.4 Pengendalian Hama dan Penyakit
A. Hama
Jenis hama yang potensial mengganggu usaha pendederan kerapu di tambak adalah:
- Kepiting: penanggulangannya adalah dengan melakukan kontrol rutin harian. Selain itu juga, juga dengan mamasang perangkap.
- Burung: penanggulangannya adalah dengan memasang orang-orangan.
B. Penyakit
Penyakit didefinisikan sebagai suatu ketidaknormalan pada struktur
atau fungsi tubuh yang ditunjukkan dengan gejala spesifik atau non
spesifik. Jaringan atau organ yang rusak, penurunan berat badan dan
adanya kematian merupakan indikasi timbulnya penyakit. Beberapa faktor yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit yaitu kurang
adanya interaksi antara inang (host), penyebab penyakit (patogen) dan
lingkungan. Inang (host), dapat resisten atau rentan terhadap jenis
penyakit tertentu. Kekebalan dari uji tergantung pada 1). Ukuran /umur,
2). Spesies, 3). Mekanisme pertahanan penyakit dan 4). Kondisi ikan itu
sendiri.
Penyakit terbagi kedalam 2 kelompok:
- Non infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan bukan penyakit seperti nutrisi, racun, dan perawatan kurang. Contohnya yaitu: stress dan keracunan gas-gas tertentu.
- Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme penyakit seperti parasit, jamur, bakteri dan virus. Menular dari inang stu ke inang lainnya.
4.5 pengelolaan wadah pemeliharaan
Selama masa pemeliharaan, media pemeliharaan kerapu perlu terus di
lihat dan di pantau agar tetap sesuai dengan kebutuhan hidup ikan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola wadah pemeliharaan:
- Sirkulasi air. Selama masa pemeliharaan sebaiknya terus dilakukan sirkulasi air untuk menjaga agar air dalam petakan tambak selalu dalam kondisi segar.
- Kecerahan air usahakan bertahan 30-40 cm. Bila air dalam tambak air terlalu bening (> 50 cm) maka ikan kerapu tidak mau makan, begitu juga terlalu keruh (< 20 cm).
- Bila DO dibawah 4 sebaiknya digunakan aerasi.
- Ketinggian air diusahakan 100Cm.
- Pengecekan terhadap waring. Kita lakukan pengecekan setiap pagi karena kepiting salah satu hama yang menggigit waring(wadah pemelihraan), kemudian pengecekan waring bersih atau kotor, bila kotor langsung kita cuci guna memperlancar oksigen bagi pemeliharaan.
4.6 panen
Pemanenan dilakukan setelah benih berukuran antara 10 - 15 cm atau biasa
disebut dengan benih gelondongan. Ukuran ini bisa mencapai 5-7 minggu
(60 hari) selama kegiatan pendederan. Cara memanennya adalah dengan
mengangkat waring dan kita pindahkan ikan kedalam wadah tertentu
menggunakan keranjang tudung saji. Benih ikan kerapu diambil dan
dipindahkan ke bak penampungan. Adapun benih kerapu macan
didistribusikan ke beberapa lokasi budidaya perikanan seluruh indonesia
ANALISA USAHA
nalisa Ekonomi Asumsi Budidaya penggelondongan ikan kerapu tikus dengan memanfaatkan tambak seluas 1000 m2 Menampung bibit 5000 ekor dengan lama panen ± 45 -60 hari. Modal awal Instalasi tambak Rp 3.000.000,00 Bibit 5000 kg x @ Rp 1800,00/cm x 5cm Rp 45.000.000,00+ Total biaya investasi Rp 48.000.000,00 Biaya operasional per periode panen Pakan ikan rucah (@ Rp 3.500,00 x 1000 kg) Rp 3.50.000,00 Tenaga kerja (@ Rp 1500.000,00 x 2 bulan) Rp 3.000.000,00 Biaya perlengkapan (sarung tangan, drum) Rp 300.000,00 Biaya transportasi (@ Rp 300.000,00 x 2) Rp 600.000,00 Biaya penyusutan Rp 300.000,00+ Total Rp 6.700.000,00 Omset per periode panen Panjang rata rata ikan 12 cm dengan harga jual Rp 1800,00/cm Penjualan 450o ekor dengan panjang 12 : 3500 x Rp 1800,00 = Rp 63.000.000,00 Laba bersih per bulan Laba bersih per periode panen :
Hasil penjualan - Modal Awal - Biaya Oprasional perpriodik panen
Rp 63.000.000,00 - Rp 6.840.000,00 - 48.000.000,00 = Rp 5.568.000,00 Laba bersih per bulan : Rp 5.560.000,00 : 2 bulan = Rp 2.784.500,00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar